
Di kala sebagian besar dosen baru berbenah mempelajari metode Active Learning untuk diterapkan pada sistem belajar Kurikulum Berbasis Kopetensi (KBK), Dr. Undang Rosidin, M.Pd. telah jauh hari menerapkannya. Bahkan metode ini telah menghantarkannya meraih prestasi sebagai salah satu dosen terbaik, baik di tingkat universitas, maupun di tingkat nasional. Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai gaya mengajarnya, Reporter website Universitas Lampung (Unila) telah mewawancarai Undang Rosidin di awal November 2012. Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana cara Anda meraih gelar sebagai dosen berprestasi?
Intinya raihan prestasi yang saya peroleh itu terkait dengan penanggung jawab gugus perkuliahan terbaik kedua. Itu tampaknya penilaiannya melalui proses dari program studi. Dari Tim Penjaminan Mutu Unila kan turun monitoring ke masing-masing program studi, kemudian melihat, pertama dokumen perkuliahan yang kita buat dari mulai silabus, kemudian SAP, kemudian bahan ajar, terus kinerja pembelajaran yang dinilai dari mahasiswa. Itu ternyata nilai saya termasuk terbaik di program studi. Kemudian dilihat juga nilai dari keseluruhan dosen di fakultas. Nah, jadi saya termasuk yang terbaik. Ada dua yang terbaik dari fakultas. Saya dari Fisika, kemudian, Pak Casmika dari Matematika.
Apa prinsip kekuatan Anda?
Prinsip kekuatan saya itu, pembelajaran yang saya lakukan. Pertama, pembelajaran itu harus aktif, active learning. Jadi saya kebetulan lama jadi narasumber di UPT Pelayanan Pendidikan. Jadi narasumber Program Peningkatan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (PEKERTI) untuk dosen muda dan program Applied Approach (AA). PEKERTI itu untuk dosen pemula dan lanjut. Saya ikut itu, sering jadi narasumber. Jadi tutor ALFHE. ALFHE itu Active Learning for Higher Education.
Pada waktu itu juga saya di ToT nasional jadi terbaik di wilayah Indonesia barat. ToT itu kan kita dua kali, di Medan, di Batam, terus dituntut untuk mengimplementasikan. Kita implementasikan, kemudian ada tim monitoring dari pusat, datang. Akhirnya, Alhamdulillah, saya ditetapkan sebagai terbaik di wilayah barat untuk tingkat nasional. Maka saya tantangan juga pada waktu saya implementasi di sini. Saya di tingkat nasional saja, pembelajaran saya terbaik di wilayah barat, paling tidak harus masuk nominasi. Saya juga antara beban, apalagi kebijakan Unila tentang active learning ini sudah tiga kali kita melakukan pelatihan ini ke dosen, saya juga jadi narasumbernya. Nah, itu kan jadi tantangan bagi saya. Bagaimana saya memberikan teori-teori dengan aktif, baik, menarik bagi mahasiswa. Jangan sampai saya gagal atau tidak bisa mendapatkan itu.
Bagaimana proses implementasi model pembelajaran aktif?
Selalu pembelajaran yang saya lakukan, mahasiswa dikelompokkan, itu kekuatannya, karena pembelajaran itu harus kooperatif. Mahasiswa, atau 40 mahasiswa kita bagi 5-5, jadi delapan kelompok. Kemudian masing-masing kelompok mahasiswa sering kali saya tolong buat yel. Selalu saya katakan rasio pembelajaran aktif itu 20 persen dosen aktif, 80 persen mahasiswa, atau 30 persen dosen aktif, 70 persen mahasiswa.
Jadi saya tayangkan slide-slide prinsip-prinsipnya, teoritisnya. Kerjakan perkelompok. Kemudian, masing-masing kelompok mempresetasikan hasil-hasil diskusinya. Kemudian masing-masing me-review, sehingga pembelajaran saya itu, saya jarang menggunakan papan tulis utuh. Mahasiswa itu pakai kertas plano yang ditempel di dinding. Masing-masing kelompok kemudian membuat gallery work.
Gallery work seperti apa?
Gallery work itu adalah masing-masing kelompok menyajikan hasil karya, kemudian kunjung karya. Jadi masing-masing kelompok itu keliling, melihat karya yang lain, memberi komentar, catatan.
Adakah hal lain yang juga diterapkan untuk memotivasi mahasiswa?
Setiap kelompok yang berhasil menyajikan, selalu saya perkuat dengan memberi applause kepada mahasiswa. Kemudian, selalu saya gunakan ice breaker antara tempo 15 sampai 20 menit. Bisa menggunakan yel antarmahasiwa, antarkelompok. Saya juga bisa melakukan yel-yel dengan teknik permainan dan juga ada ice breaking dengan ICT, dengan menggunakan teknologi dengan komputer. Kadang-kadang pake senam ceria di dalam kelas. Sehingga ada selingan-selingan dalam belajar, sehingga mahasiswa merasa senang.
Pembelajaran itu, pertama aktif, kreatif, efektif, menyenangkan. Jadi pembelajaran itu tidak hanya aktif, tidak hanya kreatif, tidak hanya efektif, tapi juga menyenangkan. Sehingga, waktu pembelajaran tidak merasa jenuh, mahasiswa merasa riang.
Mengapa pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan harus diterapkan?
Kita memiliki belahan otak kanan dan kiri. Jadi, gimana supaya belahan otak kanan dan kiri berfungsi secara optimal. Saat kita melakukan pembelajaran, saya cobakan seperti itu. Saya menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Jadi saya coba simulasikan, ada kelompok awal, dibagi topik, masuk ke kelompok ahli, kembali lagi ke kelompok awal, kemudian mempresentasikan. Jadi memang aktif.
Apa saja gaya belajar mahasiswa dan mengapa penerapan berbagai gaya belajar begitu penting?
Gaya belajar mahasiswa itu ada tiga. Pertama, ada tipe belajar auditorial. Jadi hanya mendengar saja. Ada gaya belajar mahasiswa tipe visual, melihat. Kemudian ada gaya belajar kinestetik, jadi harus beraktivitas. Nah, sehingga variasi pembelajaran itu harus dilakukan oleh dosen. Jadi nggak boleh dosen itu hanya ceramah, yang kinestetik nggak bisa belajar. Kemudian, hanya menayangkan. Dia juga tidak bisa yang tipe-tipe belajar lain. Tiga tipe belajar itu selalu ada di dalam kelompok kelas. Sehingga, kita harus pandai-pandai, bagaimana menyiasati penerapan metode pembelajaran yang bisa mengakses semua gaya belajar mahasiswa.
Bagaimana menyiasati agar mata kuliah bisa selesai dalam satu semester?
Prinsipnya begini, saya kan selalu menugaskan mahasiswa, mahasiswa itu membuat jurnal kuliah. Jurnal kuliah itu maksudnya untuk memantau mahasiswa. Tidak hanya di dalam kelas, mahasiswa juga belajar di luar kelas. Sehingga kemudian, saat pertemuan, sudah diinfokan pada mahasiswa materi yang akan diajarkan pada esok. Kita buat jurnal, mahasiswa mengumpulkan tiap pertemuan dan saya cek yang dia pahami dari hasil baca di rumah. Jadi kepantau. Sehingga kita tidak repot mengejar target materi hanya dengan tatap muka saja.
Kemudian model seperti ini, misalnya ada 5 subpokok bahasan yang akan kita sajikan. Lima subpokok bahasan itu, kita tidak satu-persatu disajikan oleh dosen, sebenarnya. Ya, subpokok bahasan satu oleh kelompok 1, subpokok bahasan dua oleh kelompok 2, dan seterusnya. Kemudian mereka bekerja di kelompok-kelompok ini, kemudian mereka presentasikan. Dalam satu waktu, lima sub ini justru bisa dikuasai, terselesaikan. Cuma, dalam proses penyiapan pembelajaran, itu yang agak repot. Kita harus betul-betul merancang pembelajaran itu di awal. Tapi dalam pembelajarannya mudah.[]
CURICULUM VITAE
Nama | : | Dr. H. Undang Rosidin, M.Pd. |
Jenis kelamin | : | Pria |
Jabatan Fungsional | : | Lektor Kepala |
NIP | : | 19600301 198503 1 003 |
Tempat Tanggal Lahir | : | Ciamis, 1 Maret 1960 |
Alamat rumah | : | Jl. Purnawirawan 7 No. 13 Gunung Terang |
Tanjungkarang Barat Bandar Lampung 35152Telepon 0721-265578 HP. 08154011310 | ||
Nomor Telepon | : | 0721-265578 |
Nomor HP | : | 08154011310 |
Alamat e-mail | E-mail: undangros@yahoo.com | |
Mata Kuliah yang diampu | : | 1. Strategi dan Metode Pembelajaran |
2. Evaluasi Program dan Hasil Belajar | ||
3. Metodologi Penelitian Pendidikan |
Prestasi yang Pernah Diraih:
- Dosen terbaik FKIP Unila Tahun 1996
- Peserta terbaik tingkat Perguruan Tinggi wilayah barat dan Universitas Lampung dalam ToT Nasional Pembelajaran Aktif untuk Perguruan Tinggi (ALFHE = Active Learning For Higher Education), Tahun 2010
- Penanggung jawab Gugus Pelaksana Penjamin Mutu Perkuliahan (GPPMP) terbaik II Tingkat Universitas Lampung Tahun Akademik 2011/2012