Terinspirasi Film India 3 Idiots
Siapa bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkannya. Begitu bunyi ujar-ujar. Prinsip inilah yang agaknya dianut M. Rizky Wiguna Utama. Meski pernah gagal, ia tak putus asa dan akhirnya berhasil melahirkan karya teknologi canggih.

Dua orang di ruang Puskom Unila terlihat serius berbincang. Mereka sedang berdiskusi tentang hasil kerja sama mereka. Yakni pesawat tanggap bencana tanpa pilot. Yang satu adalah alumni Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro M. Rizky Wiguna Utama. Lainnya Dosen Fakultas Teknik M. Komarudin.

Ya, M. Rizky tengah memaparkan tentang karyanya yang sukses di bawah bimbingan Komarudin. Dia membuat pesawat tanpa awak itu lantaran terinspirasi film-film tentang luar angkasa. Yang paling ia kenang adalah film Bollywood, 3 Idiots.

Selain itu, termotivasi berbagai persoalan terkait bencana di Lampung. Seperti Gunung Anak Krakatau yang terus terbatuk-batuk, longsor, termasuk pemetaan lokasi yang selama ini dilakukan dengan pesawat komersial.

Dia mengakui, dua kali berupaya membuat pesawat tanpa awak. Pertama Juli 2012, saat masih melakukan penelitian S-1 dengan nama Quadcopter v.1.01. Namun, pesawatnya hanya bisa terbang dengan holding position (posisi diam).

Saat diuji dengan memetakan dari perpustakaan hingga FKIP Unila, pesawat hilang tanpa jejak. ’’Saat itu awal Januari 2013. Setelah dua hari tak kembali, saya dan Pak Komarudin kembali melakukan analisis untuk membuat pesawat yang lebih canggih lagi, yang bisa mengatasi permasalahan yang pertama,’’ paparnya.

Februari 2013, ia memulai project quadcopter yang full autonomous. ’’Kelebihannya mampu take-off dan landing sendiri, take-off dan landing otonom. Apabila komunikasi terputus, pesawat akan kembali secara otomatis,’’ ucapnya.

Rizky mengakui, take-off pertama terjadi di Maret 2013 dengan komponen dari luar negeri dan komponen paling unik dilengkapi goggles (kacamata yang mampu menampilkan visualisasi dari kamera di bawah pesawat). ’’Seolah-olah kita ada di pesawat,’’ terusnya.

Dia menambahkan, baru-baru ini pesawat tanpa awaknya telah diuji coba. Dari Unila ke Kecamatan Rumbia, Lampung Tengah. Hasilnya cukup memuaskan. Pesawat itu melakukan foto udara yang kemudian dianalisa oleh Rizky dibantu Komarudin. ’’Dari jadwal 2 bulan, ternyata bisa selesai 1 bulan,’’ paparnya.

Mampu Deteksi Tanda-Tanda Pra-Bencana
Pesawat tanpa awak ciptaan M. Rizky Wiguna Utama punya banyak kegunaan. Tak hanya memetakan sebuah wilayah. Namun juga mampu mendeteksi gejala-gejala sebelum bencana terjadi. Tidak heran kalau alumnus Fakultas Teknik Universitas Lampung itu tengah dipromosikan melanjutkan ke program magister di Jepang.

Pesawat tanpa awak karya M. Rizky Wiguna Utama bisa bekerja karena sebuah prosesor canggih. Namanya chip microcontroller AT mega 2560. Dengan begitu, pesawat dapat diterbangkan sesuai keinginan pengendalinya.

Pesawat juga dilengkapi sensor barometer untuk mengukur tekanan udara, sensor gyro untuk mempertahankan orientasi, sensor akselerometer, dan GPS (global positioning system).

Rizky menambahkan, hasil foto udara dianalisis dengan sensor untuk menggantikan kamera dan spektrum merah dan komunikasi wireless. Pesawat ini pernah untuk pengujian pemetaan daerah di Kecamatan Seputih Timur, Lampung Tengah.

Selain itu, untuk pemetaan penggalian pasir di Lampung Timur dan antisipasi upaya merusak lingkungan. Dapat juga memetakan bencana alam, menjaga ekosistem hutan, dan membidik perilaku hewan. ’’Di Australia, pesawat serupa ciptaan saya ini, pernah dicobakan untuk mengetahui tindakan peternak terhadap hewan,’’ urainya.

Pesawat yang mampu menembus awan itu memang menjadi momok bagi peternak yang memotong hewan peliharaannya secara sadis. ’’Peternak atau siapa pun yang dianggapi tidak sesuai, langsung dijerat UU setempat,’’ ungkap mahasiswa  Fakultas Teknik Unila angkatan 2008 itu.

Pesawat dengan teknologi full autonomous quadcopter itu memiliki empat baling-baling yang mampu membawa beban. ’’Pesawat jenis ini dapat kita setting dan bisa mendarat otomatis,’’ urainya.

Rizky berharap ciptaannya dapat digunakan untuk kepentingan sosial umat manusia. Seperti menganalisis bencana alam dengan kerja sama tim search and rescue (SAR) dan memprediksi letusan gunung berapi serta memetakan jalur evakuasi.

Dosen Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Unila M. Komarudin menambahkan, Rizky merupakan mahasiswanya yang pandai, pekerja keras, cepat belajar, dan punya potensi tinggi. ’’Saya bahagia, salah satu bimbingan saya dapat menghasilkan karya bermanfaat tidak hanya di Unila, tapi juga Lampung,’’ pujinya.

Itulah mengapa dia mempromosikan Rizky mendapat beasiswa magister ke Jepang pada 2014 di Centre for Environmental Remote Sensing, Chiba University.


Sumber : Radar Lampung – Rabu, 11 September 2013

Artikel ini diambil dari berbagai media yang memberitakan Universitas Lampung, tidak memperhitungkan ada kerja sama atau tidak dan perlu dikonfirmasikan ke Unila jika ada hal yang tidak jelas.