(Unila): Ulkus Diabetikum merupakan salah satu penyakit yang diakibatkan diabetes melitus (DM). Ulkus diabetikum biasanya disebabkan oleh tekanan berulang (geser dan tekanan) pada kaki dengan adanya komplikasi terkait diabetes melitus dari neuropati perifer atau penyakit arteri perifer dan penyembuhannya sering dipersulit perkembangan infeksi.

Diabetes mellitus sendiri merupakan penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (atau gula darah), yang seiring waktu menyebabkan kerusakan serius pada jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf.

Diabetes mellitus mengakibatkan komplikasi jangka panjang meliputi masalah mikrovaskular (kerusakan pada ginjal dan mata), serta makrovaskular (seperti infark miokard dan stroke). Selain itu, komplikasi serius pada penyakit DM juga dapat mengakibatkan kondisi luka ulkus diabetikum seperti dijelaskan di atas.

Menurut International Diabetes Federation pada tahun 2021, Indonesia menempati urutan kelima di dunia dengan kasus diabetes mencapai 19,4 juta jiwa. Masalah dan keresahan tersebut menjadi motivasi bagi para mahasiswa Universitas Lampung (Unila) untuk menciptakan sebuah ide dan inovasi penelitian yang bermanfaat bagi kesehatan.

Para mahasiswa tersebut terkumpul dalam sebuah kelompok yang dikenal dengan sebutan tim Pined Patch. Mereka merupakan mahasiswa dari Fakultas Kedokteran (FK) dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unila di bawah bimbingan Dosen apt. Ihsanti Dwi Rahayu, M.S.Farm.

Anisah Putri Yuana Sari selaku anggota dari tim Pined Patch juga menjelaskan terkait alasan dalam pemilihan tema dan penelitian ekstraksi limbah kulit nanas yang bermanfaat bagi kesehatan sekaligus mengatasi penyakit ulkus diabetikum.

“Kami melihat ada permasalahan mengenai kesehatan bagi penderita diabetes melitus. Kami juga melakukan riset adanya peluang besar untuk meminimalkan bahan limbah kulit nanas yang penuh khasiat. Jadi, kami memutuskan untuk membuat ide penelitian limbah kulit nanas yang bisa dijadikan sebagai obat,” ujar Anisah, Senin, 29 Juli 2024.

Ia juga memaparkan, dalam tahapan pembuatan produk patch hydrogel ada beberapa hal yang perlu dilakukan, mulai dari survei limbah kulit nanas, pengumpulan limbah kulit nanas, penyortiran, pembersihan dan penjemuran, uji determinasi,  penghalusan simplisia kulit nanas, proses maserasi, penyaringan dan evaporasi ekstrak kulit nanas, pengujian fitokimia, pengecekan gula darah, penimbangan aloksan, proses formulasi hingga hingga pengujian pH.

Dilansir dari akun instagram @pined_patch, hasil riset yang ditawarkan tim PKM-RE ini menggunakan limbah kulit nanas sebagai bahan utama dalam pembuatan obat. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Provinsi Lampung merupakan produsen buah nanas terbesar di Indonesia dengan jumlah produksi mencapai 861.706 ton.

Namun, mayoritas masyarakat pada umumnya hanya mengonsumsi daging buah nanas. Sedangkan bonggol dan kulit nanas masih sering dianggap sebagai limbah. Padahal, limbah kulit nanas memiliki kandungan senyawa yang berkhasiat dan berpotensi baik untuk kesehatan.

Adapun kandungan senyawa yang terdapat dalam kulit nanas di antaranya yakni asam karbonat, karotenoid, alkaloid, terpenoid, flavonoid, tanin, bromelin, kumarin, dan saponin. Berbagai senyawa tersebut memiliki khasiat sebagai antioksidan, antikanker, antihipertensi, antiinflamasi, antidepresan, dan antidiabetes.

“Kalau untuk patch hydrogel dari ekstrak nanas itu masih jarang bahkan belum ada. Hal tersebut yang memotivasi kami untuk membuat inovasi dan melakukan pengujian untuk pembuatan obat ini. Bahkan, kami merasa senang ketika bisa mendapatkan kesempatan untuk dibimbing dengan dosen,” ujar Anisah.

Tim Pined Patch berharap, hasil penelitian ini dapat mendorong inovasi dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di kampus Unila. Banyak bahan-bahan alam di wilayah Lampung yang sebenarnya memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan. [Magang_Vivas Dwi Toti Divaldo]