(Unila): Program podcast U Talks Universitas Lampung (Unila) kembali hadir dengan perbincangan santai namun penuh makna. Kali ini, U Talks berkesempatan berbincang langsung dengan Prof. Dr. Sutyarso, M.S., seorang pakar biomedik yang dikenal aktif melalui berbagai riset inovatif di bidangnya.
Podcast ini berlangsung pada Kamis, 3 Juli 2025, di Gedung Entrepreneur Development Center Universitas Lampung, tepatnya di Ruang Podcast 1, Lantai 3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unila.
Di balik kiprah akademiknya, Prof. Sutyarso memiliki kisah hidup yang inspiratif. Ia lahir dan tumbuh di daerah yang dikenal sangat sederhana dengan keterbatasan ekonomi. Sejak kecil hingga SMA, ia sudah terbiasa menjalani hidup seadanya. Makanan pokok sehari-harinya adalah tiwul, sejenis olahan singkong yang menjadi pengganti nasi bagi masyarakat di kampung halamannya.
Setelah lulus SMA, ia memberanikan diri merantau ke Jakarta dengan tekad kuat untuk mengubah nasib. Saat itu, orang tua hanya berpesan sederhana: jika sudah memiliki penghasilan dan kemampuan, silakan berkuliah.
Berbekal nasihat dari orang tuanya ia akhirnya bisa menyelesaikan perkuliahannya dan saat ini berhasil menjadi seorang guru besar dengan fokus keilmuan pada biomedik.
Dalam perbincangan, Prof. Sutyarso menjelaskan, biomedik bukan hanya mempelajari mekanisme penyakit atau pengembangan terapi, tetapi juga membuka peluang penerapan teknologi untuk meningkatkan kesehatan reproduksi.
Salah satu contohnya adalah riset mengenai penuaan dan reproduksi seksual, yang diharapkan dapat membantu pasangan merencanakan kehamilan secara lebih sehat dan terencana.
Menurut Prof. Sutyarso, secara genetik, terdapat metode-metode tertentu dalam reproduksi yang secara ilmiah memungkinkan pengaturan peluang mendapatkan keturunan sesuai preferensi tertentu. Namun, ia menekankan pendekatan tersebut tetap harus memperhatikan etika medis dan dilakukan berdasarkan konsultasi profesional.
Dalam penjelasannya, Prof. Sutyarso juga mengungkapkan, penelitian biomedik di bidang kesehatan reproduksi mencakup banyak aspek, termasuk pemahaman mengenai fungsi seksual, program edukasi reproduksi di tingkat SMA dan perguruan tinggi, serta upaya pencegahan masalah infertilitas.
Ia turut membahas berbagai tantangan dalam pengembangan riset biomedik di Indonesia. Menurutnya, tingginya biaya instrumen biomedik, keterbatasan fasilitas penelitian, serta kebutuhan kerja sama lintas disiplin menjadi hambatan yang perlu diatasi. Perkembangan biomedik ke depan juga tidak bisa lepas dari kontribusi teknologi lain seperti bioteknologi dan terapi gen.
Menutup perbincangan, Prof. Sutyarso memberikan pesan khusus kepada generasi muda dan mahasiswa. Ia mengajak untuk lebih berani mengeksplorasi bidang biomedik meskipun belum banyak program studi yang secara khusus membidangi ilmu ini di jenjang sarjana.
Ia menyampaikan apresiasi kepada mahasiswa yang sudah mantap memilih biomedik sebagai jalur karier dan riset masa depan.
“Saya sangat mendorong generasi muda, khususnya mahasiswa, untuk mulai menaruh minat pada bidang biomedik. Meskipun program studi S-1 Biomedik saat ini belum tersedia secara luas, jangan ragu untuk mantap memilih jalur ini. Biomedik punya peran besar dalam masa depan kesehatan dan teknologi, dan butuh kontribusi dari generasi muda yang punya semangat riset dan inovasi,” ujar Prof. Sutyarso. [Magang_Alifa]