(Unila): Sabtu (28/2) mendatang, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Muhammad Nasir berencana mengunjungi Universitas Lampung (Unila). Kesempatan tersebut akan dimanfaatkan Wakil Rektor Bidang IV Unila Prof. Dr. John Hendri untuk mengekspose paparan rencana pembangunan Rumah Sakit Pendidikan (RSP) di kampus setempat.
”Saya akan manfaatkan audensi dengan menteri Sabtu besok untuk memaparkan profil, rencana, dan kendala pembangunan ke depan. Sebenarnya secara prinsip sudah diizinkan hanya skenario dana saja yang masih bermasalah,” ujarnya di ruang kerjanya, kemarin.
Untuk mempersiapkan hal tersebut, Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja Sama, Teknologi Informasi, dan Komunikasi Universitas Lampung selaku ketua panitia pembangunan RSP Unila ini menggelar rapat di ruang kerjanya, kemarin (25/2). Rapat membahas persiapan presentasi pembangunan Rumah Sakit Pendidikan Unila yang akan dipaparkan di hadapan Menristek Dikti.
Rapat yang dihadiri panitia pembangunan Asep Sukohar, John Fatriyandi Suwandi, dan Dwi Haryanto ini berkaitan dengan pemantapan data-data penunjang yang dapat mendukung segera didirikannya RSP Unila sebagai lahan mahasiswa kedokteran kampus setempat melakukan co-ass dan praktikum.
Di sela-sela rapat Asep Sukohar menjelaskan, Fakultas Kedokteran (FK) Unila telah saat ini sudah terakreditasi A dengan program studi (prodi) pendidikan kedokteran yang paling diminati. Berdasarkan data yang dihimpun mulai tahun 2002 hingga 2011 FK Unila telah meluluskan sebanyak 792 sarjana, sedangkan untuk program profesi dokter mulai angkatan 2008-2009 telah meluluskan sebanyak 510 orang. Yang sedang menjalani co-ass sebanyak 293 orang. Sehingga mahasiswa aktif program sarjana kedokteran tahun 2015 tercatat sebanyak 660 mahasiswa.
Untuk daya tampung rumah sakit dalam menerima mahasiswa yang akan mengikuti co-ass yakni sebanyak 112 orang (mayor) dan 84 orang (minor) sehingga secara total daya tampung rumah sakit hanya 196 orang. Tiap tahunnya, FK Unila setidaknya menerima 180 mahasiswa baru, sehingga otomatis dalam siklus pelaksanaan co-ass per-tahunnya membutuhkan kuota 180 orang.
Padahal, Lampung hanya memiliki dua RSP yang boleh dijadikan tempat co-ass, yakni Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek dan Rumah Sakit Umum Ahmad Yani, Metro. Kedua RSP itu hanya mampu menampung sebanyak seratusan calon dokter.
”Berarti ada sekitar 80 calon dokter yang harus antre co-ass. Selama ini solusinya adalah seluruh calon dokter harus rela bergantian praktek co-ass di puskesmas, klinik, mauun rumah sakit lainnya. Yang pasti seperti ini tidak efektif. Maka akan kita paparkan hal ini kepada menteri,” terangnya.
Menurut John, pihaknya intens melakukan koordinasi guna mewujudkan pembangunan RSP di lahan seluas 4,8 hektare (ha) yang telah menghabiskan dana Rp53,65 miliar. ”Terpenting kita jalin terus komunikasi dengan Ditjen Dikti. Saya akui beberapa waktu lalu pembangunan RSP kita terhambat karena adanya miskomunikasi. Sekarang kita terus benahi dan sampaikan kepada menteri apa yang kini tengah kita butuhkan,” tegasnya.[]