Pihak Rektorat Universitas Lampung (Unila) mengupayakan alokasi dana dari penerimaan negara bukan pajak (BNPB) ataupun bantuan usaha manajerial perguruan tinggi nasional (BUMPTN) pada 2014. Hal itu dikatakan Rektor Unila Sugeng P. Harianto.
Menurut Sugeng, dana riset dan pengembangan Lembaga Penelitian Unila pada 2014 yang bersumber dari APBN dan APBD sangat minim. Mengingat, dana pada 2014 banyak terserap untuk pemilihan umum (pemilu).
Sugeng menilai kinerja Lembaga Penelitian Unila tahun lalu sangat baik. Hal itu dapat dilihat dari produk-produk penelitian yang sudah dirilis lewat literatur dan sudah diimplementasikan. Mengingat penelitian bagian dari Tri Darma Perguruan Tinggi, faktor ini juga dapat dijadikan dasar kenaikan jabatan seorang dosen.
“Selama ini, Lembaga Penelitian masih menjadi prioritas bagi sistem pendidikan yang dijalankan Unila,” kata dia.
Sugeng juga mengatakan Lenlit Unila sangat penting dilakukan. Penelitian yang dihasilkan bukan hanya penting diketahui, melainkan juga bisa bermanfaat bagi kehidupan publik. Riset ini menjadi indikator kompetensi dan keunggulan setiap perguruan tinggi.
“Unila sudah tidak mengembangkan pendidikan berdasarkan teks books, tetapi riset. Seorang dosen itu harus mengajar 60% dari penelitian sendiri, 40% dari aplikasi basic teks books atau mengadopsi hasil karya orang lain,” kata Sugeng.
Namun, kata Sugeng, untuk 2014 pihaknya sudah menargetkan mendapatkan anggaran riset sebesar Rp20 miliar. Dia sendiri pesimistis anggaran itu dapat dipenuhi. Hal itu karena anggaran riset dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kemendikbud di bawah koordinasi Ditjen Dikti akan dipangkas Pemerintah Pusat demi kepentingan pesta demokrasi.
Spekulasi
Sugeng juga menjelaskan guna mengatasi masalah tersebut, pihak Rektorat Unila akan mengusahakan peningkatan kerja sama tripartit dengan perusahaan dan pengusaha maupun instansi pemerintah lain. Namun, tidak menutup kemungkinan kerja sama yang dilakukan hanya untuk hasil output penelitiannya besar. “Namun, semua itu masih sekadar spekulasi dan masih kami lihat tingkat kebutuhan dan kepentingan bersama,” kata dia.
Apalagi, kata Rektor, penelitian yang akan dilakukan identik dengan SDM-nya. Kadang ada dana penelitian menumpuk dari Rektorat, tetapi penelitinya tidak ada. “Kadang juga dana yang sedikit ditambah waktu meneliti dengan jangka waktu lama buat peneliti menjadi malas. Selain itu, kadang juga kemampuan yang pas-pasan buat progres penelitian terkesan dipaksakan,” ujarnya.
Menurut Ketua Lembaga Penelitian Unila Admi Syarif, dengan reopening Lembaga Penelitian Unila dapat mengembangkan penelitian dengan memanfaatkan potensi lokal. Hal itu dimulai dengan pemberantasan penyakit “TBC” (tidak bisa computer). Tidak hanya pegawai, kalangan periset masih banyak yang gagap teknologi (gaptek).
Dia juga mengatakan dengan hasil penelitian yang terus meningkat tiap tahun diharapkan dapat dimanfaatkan publik sehingga perlu ditatar lagi dalam bentuk perpustakaan ruang baca online agar mudah diakses. Hasil-hasil buku juga dalam bentuk perpustakaan digital sehingga para peneliti tidak hanya Unila, tetapi PTS lain dapat menyusun proposal yang baik. ()
Sumber : Lampung Post – Kamis, 2 Januari 2014
Artikel ini diambil dari berbagai media yang memberitakan Universitas Lampung, tidak memperhitungkan ada kerja sama atau tidak dan perlu dikonfirmasikan ke Unila jika ada hal yang kurang jelas.