(Unila): Pembangunan Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Universitas Lampung (Unila) yang terhenti sejak beberapa tahun terakhir mendapat perhatian dari Nawa Cita Institut yang bertandang ke Unila hari ini, Jumat (22/1), dalam rangka rapat koordinasi pembanguan RSP Unila.
Salah satu perwakilan tim Nawa Cita Institut Sunarto menyarankan agar Unila membangun kampus secara komprehensif, khususnya soal pembiayaan rumah sakit pendidikannya. Di ruang sidang lantai II Rektorat ia memaparkan beberapa solusi terkait peluang pembiayaan RSP Unila ke depan.
Menurutnya, pembiayaan bisa diperoleh melalui beberapa sumber seperti dari pemerintah daerah, hibah, maupun dari lembaga donor. Pembangunan RSP Unila diproyeksi butuh tiga sampai lima tahun. Maka serangkaian strategi bisa diawali dengan menunggu arahan presiden agar berkoordinasi dengan menteri keuangan terkait anggaran yang disediakan.
Kemudian untuk sumber dana hibah, yang perlu disebarkan adalah isu-isu bencana atau mengaitkan dana hibah dengan isu-isu terkini. Misalnya persaingan antara generasi muda islam dan barat yang sangat timpang.
Menurut Sunarto, salah satu akibat dari ketimpangan adalah munculnya terorisme. Oleh karena itu kampus punya peran penting untuk mengejar ketertinggalan itu. Ini yang akan mereduksi konflik-konflik. “Kami akan mencoba membawa isu persaingan itu. Ditambah isu kemiskinan, isu ketertinggalan, dan isu-isu terkini lainnya. Dan untuk mengejar ketertinggalan itu kita butuh inovasi,” ujarnya.
Hal selanjutnya yang bisa diupayakan adalah dengan menggunakan dana bank pembangunan islam. Dua tahun lalu bank pembangunan islam ini sudah membuka cabang di Indonesia. Ini salah satu sarana yang bisa diberdayakan nantinya. Bisa juga menggunakan bank dunia atau lembaga multi donor, salah satunya Australia.
Sebelumnya Rektor Unila Prof. Hasriadi Mat Akin berharap kedatangan tim Nawa Cita Institut di Kampus Hijau dapat memberi solusi baru terutama untuk melanjutkan pembangunan RSP Unila. Terlebih Sunarto dan Nawa Cita Institut-nya telah berhasil menuntaskan program serupa yakni pembangunan rumah sakit akademik di Lhokseumawe yang membutuhkan anggaran lebih dari 200-an miliar.
“Pak Narto ini pernah jadi konsultan bank dunia dan beliau punya akses ke mana-mana. Ini kesempatan Unila untuk membangun RSP dan institusi kita. Melalui nawacita ini bisa mengakses dana APBN dan juga dana-dana yang disiapkan Nawa Cita Institut, termasuk juga melalui hibah dan pinjaman-pinjaman,” ujar Rektor.[inay]










