(Unila) : Hingga saat ini, sudah banyak kerja sama (MoU) yang dijalin Universitas Lampung (Unila) dengan universitas-universitas luar negeri. Namun, terhitung masih sedikit yang ada kelanjutan dari kerjasama-kerjasama tersebut.
Hal ini diungkapkan oleh dosen senior Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Unila, Prof. Udin Hasanudin, saat ditemui di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, awal Februari lalu.
Sebelumnya telah dibuat memorandum of agreement (MoA) antara Dekan Fakultas Pertanian dan Graduate School of Yokohama University.
“Kerja sama dengan Yokohama University, Jepang inilah salah satu dari yang sedikit itu (ada kelanjutan kerja sama),” ungkapnya. Sebelumnya, menurut Udin, Unila bekerja sama dengan universitas lain di Jepang.
“Unila mendapat kesempatan kerja sama penelitian dengan Yokohama University cukup lama, yakni sejak tahun 2010 hingga 2017. Kerja sama ini ini cukup lama dan tentu sangat menguntungkan untuk kedua universitas,” tukasnya. Kerja sama Unila dan Yokohama University yang dilakukan kali ini terkait dengan pemanfaatan limbah tapioka.
Ketika ditanya apa yang baru dari penelitian ini (mengingat sudah banyak penelitian terkait limbah tapioka), Udin bertanya kembali, “Coba hitung, berapa banyak limbah tapioka yang dikembalikan ke kebun sebagai penyubur tanah dan tanaman? Berapa banyak yang dikembalikan secara berkelanjutan?”
Penelitian yang dimulai 2013 ini, awalnya melihat semua potensi pertanian di Lampung, seperti tapioka, tebu, sawit, dan lain-lain. Namun, ada hal menurut Udin berbeda terkait tapioka dan perlu ada penelitian lebih lanjut. Penelitian soal tapioka sebelumnya juga pernah dilakukan.
Menurut Udin, penelitian pendahulunya lebih banyak fokus ke sustainable living and environmental risk dan selesai di situ. Namun, keberlanjutan terkait berapa banyak jumlah limbah yang dikembalikan ke lahan produksi sebagai media penyubur tanah dan tanaman, belum pernah terjawab.[] Andro