(Unila): Berbekal ilmu dan pengalaman selama di perkuliahan ditambah implementasi kegiatan organisasi yang kuat, UKM Himasylva Universitas Lampung (Unila) kembali melakukan kegiatan desa dampingan beberapa waktu lau. Kegiatan desa dampingan ini diselenggarakan oleh bidang IV Komunikasi, Informasi, dan Pengabdian Masyarakat dibantu oleh Tim Desa Dampingan.

Ketua Umum Himasylva Unila Periode 2014-2015 Eko Supriyadi menjelaskan, program desa dampingan merupakan salah satu wujud nyata dari tridarma perguruan tinggi yang ke-3 yaitu pengabdian masyarakat.

Implementasi kegiatan desa dampingan dilakukan oleh para anggota Himasylva Unila yang berjumlah 30 orang. Mereka terdiri dari mahasiswa angkatan 2010, 2011, 2012, dan 2013. Lokasi desa dampingan sendiri bertempat di Dusun Kuyung Atas dan Desa Pekon Negri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus.

Keberangkatan kegiatan desa dampingan dikoordinatori oleh Gustafika Maulana yang tak lain mahasiswa angkatan 2012. Selama tiga hari para peserta melakukan kegiatan dengan item-item meliputi pendidikan konservasi usia dini, rumah baca konservasi, penyuluhan kompos, dan quisioner.

Selain itu kegiatan ditambah dengan kegiatan pendidikan konservasi yang diterapkan di sekolah dasar (SD) Bintang Timur. Kegiatan tersebut dikemas dalam bentuk cerita narasi dengan menggunakan metode puppet show, alat peraga yang digunakan berupa wayang satwa.

“Dalam cerita ini kami ingin menyampaikan sebuah pesan dan pengajaran kepada siswa-siswi tentang pentingnya menjaga keberadaan satwa di alam bebas. Hal ini berkaitan erat dengan lokasi di mana mereka tinggal,” ucap Eko.

Selain cerita narasi dalam kegiatan konservasi ini diselingi dengan game outdor dan yel-yel yang masih bertemakan satwa. Pada saat game outdor ini siswa-siswi yang mampu memenangkan permainan atau menjawab pertanyaan diberikan hadiah untuk memotivasi agar lebih giat belajar dan menambah semangat sehingga mereka tergerak untuk terus belajar.

Kegitan selanjutnya adalah rumah baca konservasi. Kegiatan ini didukung oleh BKSDA dan WWF. Kegiatan yang dilakukan adalah rumah baca konservasi meliputi inventarisasi buku-buku dan dekorasi rumah baca.

Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan dekorasi rumah baca konservas. Acara dimulai dari pengecetan bangunan, penyortiran buku-buku untuk memisahkan buku-buku yang masih layak pakai dengan yang sudah tidak layak, setelah itu penambahan buku-buku yang dibawa, sampai penataan kembali buku-buku tersebut.

“Pada sore harinya kami melakukan penyuluhan kompos kepada warga, kegiatan ini berupa sosialisai tentang pupuk kompos mulai dan praktik pembuatan pupuk kompos bersama warga dusun kuyung atas,” ucapnya.

Anggota Himasylva lainnya Sandri menyebut kegiatan desa dampingan lainnya juga disibukkan dengan berbagai aktifitas seperti penyuluhan kepada warga masyarakat di dua desa itu. Bahkan terlihat antusiasme saat penyampaian materi. Banyak sekali warga yang bertanya dan tak sabar untuk mengikuti praktik pembuatan kompos dari limbah seresah dedaunan dan kulit cokelat dari kebun setempat.

Kegiatan terakhir yang dilakukan yaitu melakukan quisioner kepada warga. Quisioner berisi seputar pertanyaan umum tentang data keluarga, manajemen lahan, pengelolaan sampah, upaya konservasi tanah dan air, serta manajemen hama penyakit.

Dari hasil quisioner yang telah dilakukan kepada 53 kepala keluarga di Dusun Kuyung Atas dan 60 kepala keluarga Desa Pekon Negri sangat bergantung penuh kepada hasil tata kelola hutan. Namun, tingkat perekonomian masyarakat yang masih kecil karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat terkait manajemen lahan.

“Itu menjadi salah satu permasalahan bagi warga dan sudah jadi tugas kita bersama untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap manajemen lahan supaya terciptanya keseimbangan antara ekologi, social, dan ekonomi,” tukasnya.[] Inay