(Unila): Umbi Porang merupakan salah satu tanaman khas daerah Lampung yang memiliki kandungan nutrisi cukup banyak dan bermanfaat bagi tubuh. Namun sayangnya, keberadaan umbi Porang justru belum termanfaatkan maksimal oleh masyarakat.
Berangkat dari keresahan para petani umbi Porang di Lampung, sering kali mengalami kerugian karena semakin turunnya harga umbi Porang untuk kebutuhan ekspor sejak tahun 2022. Ditambah lagi, tingginya konsumsi gandum di Indonesia yang mana sebagian besar komoditas gandum justru diimpor dari luar negeri.
Pada tahun 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, jumlah impor gandum yang masuk ke Indonesia meningkat menjadi 1,2 juta ton. Padahal, Indonesia memiliki potensi kekayaan alam yang besar berupa umbi-umbian.
Seharusnya dengan kekayaan alam tersebut dapat diolah dan dimanfaatkan untuk mengurangi ketergantungan impor dalam pangan.
Hal itu yang memotivasi mahasiswa Universitas Lampung (Unila) membuat inovasi panganan lokal berbahan dasar tepung Porang. Panganan lokal tersebut yakni kue babon tradisional khas Lampung.
Para mahasiswa terkumpul dalam kelompok dengan sebutan Tim Babolamu Unila. Mereka merupakan mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unila di bawah bimbingan Dosen Fajrin Satria Dwi Kesumah, S.E., M.FBE.
Tim Babolamu Unila memutuskan untuk memilih produk kue babon sebagai upaya dalam melestarikan budaya lewat makanan tradisional khas Lampung, sekaligus memperkenalkannya kepada generasi muda.
Yasidik Nyamando (Manajemen 2021), selaku manajer produksi dari tim Babolamu Unila juga menjelaskan terkait alasan pemilihan produk dari umbi porang saat diajukan dalam Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K).
“Adapun alasan mengajukan produk kue babon lewat PKM-K, karena kami melihat ada permasalahan dan peluang besar dari umbi Porang. Jadi, kami memutuskan untuk membuat ide usaha lewat umbi Porang dan mengajukan proposal sesuai panduan PKM. Kami juga tidak menyangka bisa lolos pendanaan,” ujar Sidik, Rabu, 17 Juli 2024.
Sidik juga memaparkan, dalam tahapan produksi ada beberapa hal yang perlu dilakukan seperti melakukan riset kandungan gizi dari tepung porang, pemilihan bahan berkualitas, beberapa langkah dalam memproduksi kue babon (sangrai tepung, campur bahan, cetak adonan, proses memanggang), serta melakukan desain dan mencetak label untuk proses pengemasan.
Dilansir dari akun instagram @lamoe.co, produk yang ditawarkan Tim Babolamu Unila menggunakan tepung porang sebagai substitusi atau pengganti dari tepung terigu yang tentunya lebih rendah gluten dan kalori, cocok dikonsumsi bagi yang sedang menjalani diet atau mengontrol kolesterol dan gula darah.
“Beberapa ciri khas dan keunikan dari produk tim Babolamu Unila adalah, kami berusaha mengangkat warisan budaya di daerah pProvinsi Lampung dan memanfaatkan hasil alam lokal sebagai bahan utamanya,“ ujar Sidik.
Meskipun umbi memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan, Tim Babolamu Unila sempat terkendala saat ingin mengolah langsung tepung porang dari petani lokal karena alat yang kurang memadai.
Namun, timnya memiliki keinginan kuat membantu petani umbi Porang lokal agar dapat memproduksi hasil panen tanpa harus bergantung dengan ekspor untuk menjual hasil panennya. Hal tersebut menjadi motivasi bagi Tim Babolamu Unila untuk menyelesaikan proyek PKM-K ini.
Lewat produk kue babon tersebut, Tim Babolamu Unila berupaya untuk menyubstitusikan atau mengganti tepung terigu dan gandum dengan tepung porang. Selain murah, keberadaan tepung porang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas petani dan menstabilkan harga dari umbi Porang di Lampung. [Magang_Vivas Dwi Toti Divaldo]













