Maju-mundurnya Universitas Lampung (Unila) memasukkan ujian nasional (UN) sebagai salah satu pertimbangan seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) akhirnya terjawab. Unila masih meragukan kredibilitas UN yang pada tahun lalu bermasalah. Bahkan, di beberapa daerah sampai diulang.

Jika UN tahun ini seperti 2013, Unila tidak akan menjadikan UN penilaian masuk SNMPTN. ’’Sebab, bila memaksakan, justru akan merusak citra SNMPTN yang kredibilitasnya diakui,’’ ungkap Ketua SNMPTN Unila Hasriadi Mat Akin kemarin (18/3).

Oleh sebab itu, pembantu rektor I Unila ini sependapat, siapa pun yang merusak UN seperti membocorkan soal, harus diseret ke ranah hukum. Sebab, hal ini masuk dalam kategori membocorkan rahasia negara. ’’Sudah rugi waktu, menelan dana besar, ada yang merusak pula. Makanya, pemerintah harus tegas,’’ tegasnya.

Dia pun sepakat dengan Ketua Pengawas UN dari Universitas Lampung Budi Kustoro, bahwa UN tahun ini tak akan 100 persen bebas dari kecurangan. Penyebabnya pun diperkirakan sama, mulai kecurangan massal, by design, sampai menyontek.

’’Jadi jujurlah dan jangan mengajarkan anak berbohong dengan cara mengatrol nilai UN. Ini menyangkut karakter. Baik guru maupun pengawas. Marilah kita laksanakan UN dengan murni. Sehingga, benar-benar dapat melihat anak berprestasi atau tidak,’’ harapnya.

Hasriadi menerangkan, di Jakarta misalnya, sudah ada ’’daerah hitam’’. Yakni daerah yang nilai UN-nya benar-benar tidak diperhitungkan karena dugaan kecurangan. Sementara di Lampung, levelnya baru abu-abu.

Nah, jika UN 2014 berjalan baik, barulah Unila akan mempertimbangkan berapa bobot UN untuk SNMPTN. Hal yang menjadi kewenangan Rektor Unila Sugeng P. Harianto itu, menurut dia, sampai kemarin belum dibicarakan lantaran menunggu hasil UN 2014.

Terpisah, Dekan FKIP Unila Bujang Rahman berharap, UN bebas dari tekanan semua pihak. Sekolah juga tidak boleh beranggapan jika mampu meloloskan siswanya 100 persen, mereka akan jadi sekolah favorit. ’’Selama ini, masyarakat tidak memberikan apresiasi berlebihan. Sebab, mereka sudah tahu kelemahan UN,’’ terangnya.

Karena itu, ia meminta pemerintah daerah jangan menganggap tingkat kelulusan UN sebagai ukuran prestasi. Fakta di lapangan, beberapa kepala daerah dan kepala dinas bangga menunjukkan laporan tingkat sekolah paling tinggi kelulusan UN.

’’Secara eksplisit, mereka mengharapkan semuanya lulus, dan kurang mengutamakan proses namun lebih mengedepankan output. Jadi, jika sekarang masyarakat meragukan hasil UN, berarti proses diragukan,’’ paparnya.

Pada bagian lain, jumlah pendaftar SNMPTN hingga kemarin mencapai 16.110. Untuk beasiswa pendidikan mahasiswa miskin (Bidik Misi) 1.461. Yang menjadikan Unila pilihan pertama sebanyak 8.789. Sedangkan pilihan kedua 7.321.

Pendidikan guru sekolah dasar (PGSD) menjadi pilihan utama dengan jumlah pendaftar 1.630. Lalu manajemen (1.605) dan kedokteran (1.278). Yang terendah di tempat seni drama tari (15) dan pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi (Penjaskesrek) sebanyak 23.

Untuk sebaran provinsi paling banyak dari Lampung sebanyak 11.309, Sumatera Selatan (3.338), Jawa Barat (281), dan Sumatera Utara (272).


Sumber :Radar Lampung, Rabu, 19 Maret 2014

Artikel ini diambil dari berbagai media yang memberitakan Universitas Lampung, tidak memperhitungkan ada kerja sama atau tidak dan perlu dikonfirmasikan ke Unila jika ada hal yang tidak jelas.