DSCN7206-1(Unila) : Karyawan dan dosen Universitas Lampung (Unila) mendapatkan teori  tangkap peluang dan motivasi berwirausaha dari Kepala Pusat Jasa Ketenagakerjaan (PJK) Unila Dr. Ayi Ahadiat, hari ini (11/10), di Ruang Rapat Lantai 4 Rektorat Unila.

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari Pelatihan Kewirausahaan bagi Karyawan dan Dosen Unila yang diresmikan Pembantu Rektor II Unila, kemarin.

Di hadapan puluhan karyawan dan dosen, Ayi menjelaskan, setidaknya ada tiga hal yang menjadi acuan dalam mendapatkan peluang, yakni teori ketidaksempurnaan, teori berpikir kreatif, dan teori inovasi. Dengan menangkap ketidaksempurnaan pada lingkungan, akan muncul hal-hal yang dibutuhkan untuk melengkapi ketidaksempurnaan itu. Selanjutnya, memproduksi barang/jasa dan melakukan inovasi atas barang dan jasa agar dapat diterima pasar.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ini mengatakan, perencanaan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam membangun sebuah usaha. Gagal merencanakan usaha, menurutnya, sama dengan merencanakan kegagalan.

Dalam merencanakan usaha/bisnis, setidaknya ada 6 hal yang harus dapat dipecahkan, yakni : What (produk apa yang akan dibuat), Why (mengapa produk ini dbuat), How (bagaimana membuat produk), Who (siapa pasarnya) When (kapan produk ini harus dibuat), dan Where (di mana produk akan dibuat).

Ayi menerangkan, sedikitnya ada 8 alasan mengapa perlu perencanaan, yakni : To sell yourself on the business (menjual diri pada bisnis), To  obtain bank financing (untuk mendapatkan pembiayaan bank), To obtain investment funds (untuk mendapatkan dana investasi), To arrange strategic alliances (mengatur aliansi strategis), To obtain large contact (untuk mendapatkan kontrak besar), To attact key employees (untuk menarik karyawan kunci), To complete mergers and acquistions (untuk menyelesaikan merger dan akusisi), dan To motivate and focus your management team (untuk memotivasi dan fokus tim manajemen anda).

Selebihnya, lanjut Ayi, setiap bisnis memerlukan nama dagang/merek. Hal ini penting untuk memperkenalkan produk yang dihasilkan kepada pasar. Ia menyarankan agar nama dagang/merek dibuat sederhana, singkat, dan mudah diucapkan, sehingga mudah diingat oleh konsumen.[]