(Unila) : Selain secara umum kuantitasnya masih rendah, biaya pendidikan tinggi di Indonesia relatif mahal. Ini dapat terlihat dari minimnya jumlah lulusan S-2 dan S-3 di Indonesia. Stigma negatif terkait mahal dan sulitnya menempuh program doktoral masih banyak ditemui di tengah masyarakat.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Pascasarjana Universitas Lampung (Unila) Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., mengatakan, program doktoral saat ini memang masih tergolong mahal. Namun menurutnya, pengertian mahal yang berlaku saat ini bukan dalam artian materi melainkan ilmu dan kemampuan yang mahal atau dengan kata lain tidak semua orang mampu. Sudjarwo pun menampik opini publik jika S-3 itu mahal. Oleh karena itu calon mahasiswa yang ingin menempuh pendidikan pascasarjana harus membekali diri dengan kemampuan dan skill yang mumpuni.

“Kalau dikatakan S-3 itu mahal ya memang mahal. Tapi kalau mahal itu kan relatif, kalau sulit memang betul. Jadi jangan dilihat dari nilai uangnya. Mahal di sini lebih kepada ilmu dan kemampuan otak yang dibutuhkan mahasiswa dalam menyelesaikan masa studinya. Maka jika ingin lulus cepat mahasiswanya harus belajar keras, program S-3 itu sulit,” ujarnya, Selasa (1/7).

Ia menjelaskan, waktu tempuh yang harus dilalui setiap mahasiswa S-3 sesuai Permendiknas Nomor 49 Tahun 2014 adalah minimal 3,5 tahun dan maksimal tidak terhingga. Adapun biaya pendidikan yang harus dikeluarkan, terutama di program Doktoral Unila yang dibuka beberapa waktu lalu, berkisar antara Rp12 juta per semester. “Tinggal dikalikan saja dengan masa tempuh masing-masing mahasiswa. Jadi jangan dilihat biayanya tapi kemampuan para mahasiswa itu sendiri,” kata dia.

Guru Besar FKIP Unila itu mengungkapkan, beasiswa untuk program doktoral di Indonesia memang masih minim sehingga sebagian besar mahasiswanya menanggung biaya kuliah secara mandiri. Hal ini juga berlaku di dua program studi doktoral yang diselenggarakan Unila, yakni pada Ilmu Ekonomi dan Ilmu Pertanian. “Sampai saat ini belum ada beasisswa baik dari Unila sendiri maupun pihak ketiga,” urainya.

Saat ini, sambungnya, pascasarjana Unila telah membuka dua prodi dan ke depan diharapkan ada penambahan lagi. Pihaknya kini tengah mengusulkan penambahan prodi S-3 di Unila. “Tapi kita tidak bisa menargetkan, karena belum ada mandat sampai sekarang. Yang sekarang sedang diusulkan adalah pembukaan prodi S-di 3 Fakultas Hukum, FKIP, dan FISIP,” pungkasnya.[] Inay