(Unila) : Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (RI) Sharif Cicip Sutardjo menyambangi Universitas Lampung (Unila), Senin (7/1). Ia menghadiri kegiatan Seminar Nasional yang diadakan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (BEM FEB) Unila.

Seminar ini merupakan kerja sama antara BEM FEB dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Provinsi Lampung. Acara yang berlangsung di Gedung Serba Guna (GSG) Unila ini dihadiri oleh Rektor Unila. Selain itu, hadir pula Dekan FEB dan pejabat lain di lingkungan Unila.

BEM FEB Unila mengangkat tema “Blue Economy sebagai Strategi Pembangunan Nasional Berkelanjutan”. Sharif Cicip Sutardjo didaulat sebagai pembicara utama pada seminar ini.

Sharif menjelaskan, konsep pembangunan berkelanjutan dirumuskan untuk mengkritisi krisis ekonimi, termasuk pangan, air, dan energi. Awalnya, pada negara-negara terbelakang terutama di Afrika dan Asia.

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan sendiri.

Konsep pembangunan berkelanjutan dirancang agar tidak merusak sistem alam, seperti; atmosfer, air, tanah, dan makhluk hidup. Selain itu, mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan, mengendalikan eksploitasi sumber daya alam, dan berkeadilan.

Blue economy, kata Sharif, merupakan pengkayaan dari green economy dengan semboyan “Blue Sky Blue Ocean”. Semboyan itu berarti ekonomi tumbuh, rakyat sejahtera, namun langit dan laut tetap biru.

Konsep blue economy adalah berkelanjutan dengan mengefisienkan sumber daya alam. Selain itu, tanpa limbah. Limbah dijadikan sebagai bahan baku bagi produk lain, sehingga limbah menghasilkan lebih banyak produk dan pendapatan.

Dampak lain dari blue economy adalah melipatgandakan pendapatan masyarakat dan perluasan lapangan kerja. Bagi perusahaan yang menerapkan konsep ini, dapat melipatgandakan pendapatan perusahaan karena memanfaatkan sumber daya alam lebih efisien.

Sharif menjabarkan, arah kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan dengan blue economy adalah pro-poor, pro-job, pro-growth, dan pro-environment. Hal ini sesuai dengan visi pembangunan kelautan dan perikanan yang berdaya saing dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat.

Prinsip yang diterapkan pada pembangunan sektor kelautan dan perikanan dengan konsep blue economy antara lain: pertama, terintegrasi antara ekonomi dan lingkungan, jenis ivestasi dan sistem produksi, kebijakan pusat, daerah, dan lintas sektor.

Kedua, berbasis kawasan. Yakni kawasan ekonomi potensial dan lintas batas ekosistem, wilayah administratif, dan lintas sektor. Ketiga, sistem produksi bersih, efisien tanpa limbah, bebas pencemaran, dan tidak merusak lingkungan.

Keempat, investasi kreatif dan inovatif, yakni penanaman modal dan bisnis dengan model blue economy. Selanjutnya, berkelanjutan. Seimbang antara pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan pelestarian lingkungan.[]