(Unila): Desa memiliki peran penting dalam pembangunan berkelanjutan. Namun sangat disayangkan, proses urbanisasi menjadi sebuah fenomena pelik. Akibat aktivitas ekonomi yang semakin lesu, masyarakat tidak memiliki penghasilan dan berpotensi terjebak di perangkap kemiskinan struktural.
Kemiskinan di desa menjadi masalah sistemik dan berkaitan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) ke-1 yaitu peniadaan kemiskinan. Ketimpangan antara kondisi pekerjaan antara daerah pedesaan dan perkotaan juga menjadi hambatan yang tak terselesaikan.
Ketersediaan infrastruktur yang kurang optimal membuat perekonomian Indonesia semakin tertinggal. Masalah ini berkaitan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) ke-8 yaitu pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Oleh karena itu, SDGs Center Universitas Lampung memiliki inisiatif untuk memperkenalkan SDGs Village atau desa berkelanjutan.
SDGs Village merupakan sebuah ide baru dan praktik yang memungkinkan setiap desa di Indonesia, khususnya Provinsi Lampung mendukung dan mengampanyekan tujuan SDGs.
SDGs Center Universitas Lampung (Unila) bersinergi dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) mengimplementasikan SDGs Village ini baik dalam bentuk sosialisasi maupun edukasi. Hal itu terkait pentingnya aspek keberlanjutan di seluruh daerah pedesaan di Indonesia melalui Seminar Nasional Desa dan SDGs, Rabu (29/7/2020).
Semnas yang dilaksanakan melalui zoom video conference ini dibuka dan dihadiri langsung Wakil Gubernur Provinsi Lampung Chusnunia Chalim, M.Si., M.Kn., Ph.D., Staf Khusus Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Dr. Nasrun Annahar, S.AP., M.AP., Wakil Rektor II Bidang Umum dan Keuangan Unila Dr. dr. Asep Sukohar M. Kes, Ketua LPPM Unila Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A, Pakar Kajian Badan Usaha Milik Desa Universitas Parahyangan Dr. Theresia Gunawan, Ketua SDGs Center Universitas Bengkulu Dr. Djoenet Santoso, M.A., dan Ketua SDGs Center Unila Dr. Unang Mulkhan.
Kegiatan ini diikuti lebih dari 115 peserta dari berbagai daerah, yaitu Asosiasi Perangkat Desa Seluruh Indonesia (APDESI), Dinas Pembangunan Desa Masyarakat Tertingal (PDMT), dan Bappeda di berbagai daerah di Indonesia.
Wakil Gubernur Lampung Chusnunia Chalim saat sambutan memaparkan, program unggulan Provinsi Lampung yaitu “Desa Berjaya” diharapkan sejalan dengan pembangunan berkelanjutan. Ia berharap, aparat desa dapat mengembangkan seluruh potensi yang ada guna memajukan desa.
Asep Sukohar mengungkapkan, Unila memiliki peran strategis mendorong kolaborasi pengembangan SGDs Village di Indonesia. Seperti halnya di Provinsi Lampung memiliki banyak keunggulan komoditas pertanian dan perkebunan dari desa yang dapat dikomersialkan hingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Akademisi dapat berperan memberikan inovasi dan standarisasi pengembangan produk,” katanya.
Selanjutnya Nasrun Annahar menyampaikan, terdapat tiga pilar ketercapaian tujuan SDGs yang menjadi peluang masyarakat desa untuk berkembang. Yakni politik kedaulatan desa, pengembangan desa, dan literasi desa. “Diharapkan tiga pilar ini dapat terealisasi oleh kementerian, yang bersinergi dengan perguruan tinggi di Indonesia,” tuturnya.
Lusmeilia Afriani menjelaskan, LPPM siap mendukung Desa SDGs dalam payung penelitian dan pengabdian. “Melalui seminar ini diharapkan pembangunan desa dapat dilakukan secara terencana dengan baik dan menyentuh kebutuhan riil masyarakat desa.”
Ditambahkan Akademisi Universitas Parahyangan yang memaparkan inovasi untuk mewujudkan desa unggul dan berkelanjutan.
Theresia Gunawan yang menyampaikan model triple helix sebagai bentuk sinergi kekuatan dari pemerintah, akademisi, dan bisnis. “Peranan perguruan tinggi dalam pencapaian SDGs ke-1 dan ke-8 yakni dapat menjembatani hubungan antara pemerintah dan bisnis,” ucapnya.
Djoenet Santoso menjelaskan, SDGs School (Sekolah Lestari) terbuka bagi siapa saja dalam mengembangkan pemahaman serta pencapaian tujuan SDGs. Gagasan mengenai sekolah SDGs diadakan untuk pencapaian target berbasis data dan potensi lokal.
Unang Mulkhan menambahkan, SDGs Center sebagai pusat unggulan yakni menjalankan peran akademisi dalam pembangunan desa berkelanjutan. Pendekatan SDGs secara teknokratis harus dibarengi pendekatan grassroot/bottom up. Untuk itu, konsep social solidarity economy (SSE) dapat digunakan dalam SDGs Village. SDGs Center Unila ke depannya akan membangun kemitraan strategis dengan Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi untuk program SDGs Village+. [Humas/Rilis]















