(Unila): Revolusi mental sebagaimana diungkapkan Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, esensinya merupakan cara berpikir, bekerja, berjuang, dan cara hidup yang selaras dengan semangat kemajuan serta tuntutan revolusi nasional.
Di era revolusi industri 4.0, revolusi mental adalah bagaimana kita mulai menggunakan cara pikir, cara hidup yang baru, meninggalkan cara berpikir lama dan move on pada hal-hal baru.
Di hadapan ribuan mahasiswa baru yang hadir mengikuti kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) tahun 2021, Rektor Universitas Lampung (Unila) Prof. Dr. Karomani, M.Si., menyampaikan, pola berpikir mahasiswa harus mengukuti era saat ini. Sebagai generasi Z, tantangan yang dihadapi pasti berbeda dengan apa yang dialami generasi-generasi sebelumnya.
“Anda harus menggunakan pola pikir cara pandang sesuai dengan eranya. Kalau masih menggunakan cara lama, anda akan tertinggal. Jadi esensi dari revolusi mental ala Bung Karno ini adalah cara perombakan cara berpikir, berjuang, cara hidup anda, agar selaras dengan kemajuan dan tentu ini penting,” ujarnya saat memaparkan materi bertajuk “Pembinaan Gerakan Nasional Revolusi Mental di Era Revolusi Industri dan Kenormalan Baru”.
Revolusi mental, kata dia, adalah suatu gerakan untuk mengambil manusia Indonesia agar menjadi manusia baru yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali. Karenanya untuk menyambut Indonesia baru, ia berharap para mahasiswa baru tidak jadi burung pipit yang terbang berkelompok. Namun menjadi burung garuda yang terbang sendirian dan memandang tajam ke bawah sesuai dengan revolusi mental tersebut.
Paparan berlanjut pada poin perkembangan revolusi industri yang dimulai pada periode antara tahun 1750 hingga 1850 atau abad di antara ke18 dan ke19. Di era 1.0 ini terjadi perubahan besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi, yang berdampak terhadap kondisi sosial ekonomi budaya di dunia.
Revolusi ini kemudian bertahap maju di era 2.0 ditandai dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik dan motor pembakaran penemuan yang memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dan lain-lain.
Era revolusi industri 3.0 selanjutnya muncul, yaitu revolusi digital di mana waktu dan ruang tidak lagi berjarak. Melengkapi kemunculan teknologi yang hadir pada era sebelumnya.
Saat ini, di masa era revolusi industi 4.0, manusia telah menemukan pola baru. Disrupsi teknologi hadir begitu cepat dan menjadi ancaman bagi semua. Bagaimana tidak, di era ini sebagian pekerjaan sudah tidak lagi eksis karena digantikan dengan mesin. Maka tentu tantangan ini harus bisa dipikirkan baik-baik, khususnya bagi para mahasiswa.
Prof. Karomani menekankan, inilah masa depan yang akan dihadapi para mahasiswa baru. Dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang hilang dan diganti dengan jenis pekerjaan baru, tidak bisa dibayangkan berapa juta orang kehilangan pekerjaan di era disrupsi ini.
“Karena itu saya ingin menekankan, persiapkan hal-hal seperti itu dengan proses belajar yang anda lakukan di universitas ini,” ujarnya di depan ribuan mahasiswa yang menyaksikan secara langsung di GSG Unila dan secara online melalui Zoom dan Youtube.
Orang nomor satu di Universitas Lampung ini melanjutkan materinya tentang mimpi masa depan dan tantangan global yang dikemukakan PBB dengan konsep Sustainable Development Goals (SDGs).
Akan ada era baru megatren dunia tahun 2045 di mana cita-cita manusia yang luar biasa akan tercapai. Dan dari ke17 tujuan global tersebut, nomor 17 yakni Partnership for The Goals menjadi hal yang penting.
“Saya ingin tekankan pada anda bahwa di masa depan tidak cukup hanya pintar, tetapi anda juga harus mahir bekerja sama dan berkomunikasi. Tidak cukup anda memiliki IPK tinggi di masa mendatang. Anda harus pula memiliki pengalaman, skill komunikasi, dan kerja sama yang baik,” kata pria yang akrab disapa Aom ini.
Tak hanya itu, Karomani juga memaparkan tentang bagaimana mahasiswa harus mempersiapkan diri menghadapi tantangan nasional yang dihadapi Indonesia. Tantangan itu di antaranya demokratisasi, tranformasi sosial, berbagai kesenjangan, termasuk ketimpangan pendidikan, kebutuhan dasar sandang dan papan, ketersediaan infrastruktur yang belum memadai, kebutuhan bahan baku, dan industri manufaktur yang masih impor.
Untuk menjawab semua tantangan yang akan dihadapi para mahasiswa baru di era revolusi industri 4.0 dan kenormalan baru tersebut, maka skill yang harus dimiliki mereka antara lain komunikasi yang baik, berpikir kritis dan kreatif, kepemimpinan yang baik, mampu bekerja sama, memiliki kecerdasan emosional, inventive thinking, public speaking, manajemen waktu, kemampuan beradaptasi, literasi digital, dan yang paling penting adalah berjejaring atau networking.
Usia pemaparan, kegiatan yang dimoderatori Dr. Ayi Ahadiat, S.E., M.B.A.., ini dilanjutkan dengan diskusi tanya jawab. [Humas/Angel]














