(Unila): Rektor Universitas Lampung (Unila), Prof. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A., IPM., ASEAN Eng., memaparkan kondisi lingkungan hidup Provinsi Lampung dalam Forum Rektor Perguruan Tinggi Negeri Tahun 2025 yang berlangsung di Jakarta.
Dalam forum bergengsi tersebut, Rektor menyampaikan paparan bertajuk “Isu Strategis, Tantangan, dan Rekomendasi Regional Lingkungan di Provinsi Lampung”, sebagai bentuk kontribusi nyata dalam mendorong kolaborasi nasional untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Rektor memaparkan, Provinsi Lampung menghadapi berbagai permasalahan lingkungan yang kompleks, di antaranya akumulasi limbah rumah tangga dan industri, degradasi kawasan Bukit Barisan dan wilayah pesisir, serta belum meratanya implementasi kajian lingkungan hidup dan rendahnya indeks kualitas lingkungan hidup yang masih berada di bawah rata-rata nasional.
Sebagai institusi pendidikan tinggi, Unila mengambil peran aktif dalam lima aspek utama yaitu, riset dan inovasi dengan mengembangkan teknologi pengolahan sampah terintegrasi dan energi terbarukan yang ramah lingkungan.
Selanjutnya, pendidikan dengan mengintegrasikan literasi ekologi ke dalam kurikulum lokal dan memberikan pelatihan kepada sivitas akademika. Melakukan pemetaan zonasi mangrove, pengukuran indeks kualitas lingkungan, dan pelibatan mahasiswa melalui KKN dan magang berbasis komunitas.
Kemudian mendampingi penyusunan RPPLH, KLHS, dan RTRW yang adaptif terhadap perubahan iklim dan melakukan inkubasi hijau dengan menumbuhkan UMKM hijau berbasis kampus dan mendorong ekonomi sirkular melalui inovasi.
Dalam lingkup kampus, Unila sudah mengelola limbah B-3 dari laboratorium melalui TPST, serta menerapkan konservasi air melalui pembangunan lima embung yang berfungsi menjaga ketersediaan air di musim kemarau dan mengendalikan banjir saat musim hujan.
Dalam penutupannya, Rektor menyampaikan pesan kuat mengenai arah pembangunan lingkungan yang harus berbasis sinergi dan tanggung jawab kolektif.
“Unila siap menjadi mitra strategis dalam menghadirkan masa depan Sumatera yang hijau, resilien, dan berkelanjutan. Kolaborasi berbasis data, inovasi, dan kepemimpinan moral harus menjadi arah utama dalam upaya kita membangun komitmen terhadap pelestarian lingkungan,” tegas Prof. Lusi. [Daffa Alsa]