
Gedung dekanat Fakultas Teknik masih sepi. Beberapa karyawan satu persatu datang, belum banyak mahasiswa yang biasa lalu lalang terlihat di gedung berlantai dua itu.
Lelaki berambut ikal berkacamata itu sudah lebih dulu berdiri di dekat pintu masuk. Membuktikan sebuah pengabdian harus dilakukan secara on time dan Full time. Caranya menyemai keteladanan sebagai seorang pimpinan.
Dekan Fakultas Teknik Universitas Lampung, amanah baru yang kini diemban Profesor Suharno. Pria kelahiran Surakarta, 16 Juli 1962 ini tak dengan instan menanamkan prinsip hidupnya. Terlahir sebagai anak seorang petani transmigran, membuat dirinya harus memulai semuanya dari nol hingga bisa seperti sekarang.
“Sekarang saatnya saya mengabdi secara full time dan On time untuk membangun fakultas,” Ujarnya saat diwawancarai di ruang kerjanya.
***
Tiga puluh tahun silam, Suharno adalah seorang anak sekolah yang disibuka dengan berbagai aktivitas. Tak hanya belajar dibangku sekolah, setiap hari dirinya harus bangun lebih awal untuk ikut menambah pundi pundi keuangan keluarganya.
Dengan sepedah tua pembelian sang ayah, Suharno mengayuhnya keliling kampung di daerah Pringsewu, menghampiri satu persatu rumah petani. Target utama anak usia belasan tahun itu adalah para petani yang baru memanen hasil kebunnya seperti kopi, lada hingga buah rampang beraroma khas yaitu jahe.
“Membeli hasil bumi mereka, dan menjualnya ke pasar,sebelum berangkat sekolah” ujarnya mengenang.
Pekerjaan yang dilakoninya hingga dirinya mengenyam pendidikan di sekolah menengah atas. Hal yang dengan sendiri membuatnya begitu menghargai watku. Membagi waktu belajarnya dengan belajar mencari penghasilan sendiri.
Menginjak dewasa, Suharno berkesempatan melanjutkan pendidikannya di Universitas Gajah Mada Jogjakarta. Meski sekolah sambil bekerja, Suharno bisa membuktikan kemampuannya dalam pelajaran tak kalah dengan teman temannya. Menyandang gelar juara kelas sudah dirinya rasakan sejak sekolah dasar.
Jurusan Fisika menjadi pilihanya saat menempuh bangku kuliah. Jurusan yang sarat dengan perhitungan itu memang sudah menjadi ketertarikannya sejak kecil, tak lain karena terbiasa berhitung dengan barang barang dagangannya.
Hingga menjadi mahasiswa, Suharno tak lantas meninggalkan aktifitasnya berdagang, bakhan konsentrasinya tetap terbagi dengan bisnis hasil buminya.
Tak ada kiriman uang selama Suharno menjadi mahasiswa. Sang ayah malah mengiriminya barang barang hasil bumi. Suharno memutar barag itu ketangan para pembeli atau pedagang lainnya. Hingga hasil bumi itu menjadi uang sebagai pegangannya menyelesaikan pendidikan tinggi.
Sebagian besar waktu dirinya habiskan untuk kedua hal tersebut. Belajar sekaligus bisnis. Tak banyak waktu luang, membuatnya terbiasa untuk bekerja dengan full time.
Usai menamatkan pendidikan tinggi dan menyandang gelar sarjananya, Suharno sempat memutuskan bekerja disalah satu perusahaan pertambangan. Tak lama dirinya bekerja, hanya satu bulan sebelum akhirnya memilih keluar, karena tak sesuai dengan kehendak hatinya. Sejak saat itulah dirinya mengabdikan diri sebagai seorang dosen di salah satu universitas swasta Jakarta jurusan teknik pertambagan. Awal karirnya menjadi seorang akademisi kampus, tempat kaum intelektual muda menimb ilmu.
Sebagai seorang putra kelahiran Jawa namun tumbuh dan besar di Lampung, Suharno juga memilih untuk mengabdikan diri di Universitas Lampung. Meski awalnya dirinya harus mengajar kedua universitas dan harus mondar mandir Jakarta- Lampung. Akan tetapi ayah dari tujuh anak ini menjalaninya dengan disiplin.
Kesempatan kembali didapatnya untuk melanjutkan pendidikan di jenjang magister. Dengan beasiswa, Suharno meanjutkan studinya di jurusan Gunung Api di UGM. Keilmuan yang masih jarang di negara yang dilalui jalur yang biasa disebut ring of fire dunia ini. Saat itu Suharno telah memilih fokus untuk menjadi dosen di jurusan Geofisika yang baru terbentu di Universitas Lampung.
Sebagai seorang dosen, Suharno terkenal sebagai dosen yang disiplin. Hampir setiap mahasiswa yang terlambat datang tak diperkenankannya mengikuti perkuliahan. Hingga para mahasiswanya kini memilih untuk hadir lebih awal setiap akan mengikuti mata kuliah yang dirinya ampu. Keberhasilanya menularkan kedisiplinan di kalangan mahasiswa.
Sebagai dosen jurusan Teknik Geofisika yang ketika awal berdiri berada di bawah Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Suhrno berkesempatan melanjutkan program doktornya di Auckland University, New Zewland. Studinya fokus pada bidang geothermal atau panas bumi yang kini mejadi sumber energi alternatif terbarukan.
Dengan berbagai penelitiannya, Suharno berhasil menyandang gelar profesor panas bumi pertama di Lampung. Hingga saat jurusan Geofisika diputuskan beralih ke Fakultas Teknik, Suharno diamanahkan menjadi ketua jurusan (Kajur).
6 Desember 2013 lalu, Profesor panas bumi Lampung ini dilantik sebagai dekan FT Unila. Amanah baru yang dianggapnya pekerjaan lebih besar yang harus dirinya lakukan. Kedisiplinan dan kerjasama tengah dirinya tanamkan kepada seluruh civitas di Fakultas yang dipimpinnya.
Karena menurut Suharno, mustahil jika dirinya akan dapat berhasil menjadikan Fakultas Teknik menjadi International class jika hanya seorang diri yang mengusahakannya.
Misi yang kini tengah dirinya bersama seluruh civitas fakultas teknik coba raih. Menyamakan posisi dengan universitas ternama lainnya di Indonesia bahkan dunia.
“Selama ini, Fakultas teknik yang menjadi rujukan selalu di daerah Jawa, padahal bukan tidak mungkin Fakultas Teknik Unila juga bisa menjadi yang terbaik,” ujarnya disela aktifitas sebagai dekan.
Amanah baru yang membuat Suharno kini lebih ekstra dalam bekerja. Datang lebih awal untuk bisa menjadi contoh para dosen dan mahasiswanya. Merangkul seluruh stake holder dalam memenejemen Faklultas tempat dirinya mengabdikan diri, sekaligus mentransfer keilmuannya selama ini.
Anak yang dulu berdagang hasil bumi kini menjadi pemimpin tertinggi Fakultas Teknik Universitas Lampung.
FT Unila Gali Potensi Lampung dan Terus Mengabdi

Secara potensi, Suharno menyebutkan energi panas bumi Lampung termasuk terbesar di Indonesia. Sampai saat ini berdasarkan penelitian yag dirinya bersama beberapa dosen ahli lainnya menyebutkan potensi lebih dari 1000 Mega Watt energi listrik dapat dihasilkan dari panas bumi Lampung.
“Daerah tersebut hampir tersebar dibeberapa titik di seluruh Lampung,” ujarnya.
Suharno menyebutkan daerah beberapa daerah seperti Ulu Belu memiliki potensi sekitar 400 MW, Suoh 400 MW, Raja Basa 100MW dan Way Rate 100MW dan beberapa titik yang masih dalam penelitiannya.
Selain itu, Suharno juga menyebutkan potensi potensi lain yang sebenarnya Fakultas Teknik Unila bisa ikut berperan.
Suharno juga paham tugas seorang akademisi dan mahasiswa adalah ikut berkontribusi untuk kemajuan masyarakat. Hal yang sudah menjadi tugas dalam tri dharma perguruan tinggi yaitu pengabdian masyarakat. Dalam hal ini Suharno berupaya mendorong seluruh mahasiswa dan dosen untuk dapat berkontribusi sesuai dengan keilmuannya.
“Mahasiswa atau dosen harus bisa membantu masyarakat secara langsung dari aktifitas teknisnya,” ujar dia.
Seperti saat terjadi musibah dibeberapa daerah di Lampung, Suharno sangat berharap peran mahasiswa dan dosen juga akan jauh lebih tanggap. Secara keilmuan dosen dan mahasiswa menurut Suharno dapat memetakan daerah daerah rawan bencana dan kemungkinan bencana yang terjadi.
Selain itu mahasiswa dan dosen juga dapat turut serta dalam upaya mencegahan dampak yag besar dari bencana alam seperti pengenalan mitigasi bencana hingga mendsain bangunan yang tahan gempa. Semua hal terebut menurut Dekan Fakultas Teknik Unila ini merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat.
Menuju International Class
Menjadi fakultas berstandar Internasional bukanlah hal mudah. Akan tetapi Dosen bergelar Profesor ini sangat optimis dengan misi fakultas yang dipimpinnya tersebut.
“Kuncinya bekerjasama seluruh stakeholder,” ujar Suharno saat diwawancarai media Reaksi Unila.
Tak instan memang apa yang tengah diusahakan Fakultas Teknik Unila tersebut. Sebagai langkah awal Suharno mengaku tegah memparbaiki manajemen di fakultas yang dipimpinnya. Berbagai pembenahan administrasi selalu diupayakannya.
“Seorang dekan ibarat manajer di sebuah perusahaan,” ujar Suharno mengumpamakan.
Bekerja di ruangan yang berada di Lantai dua dekanat FT Unila, tak lantas membuatnya haya beraktifitas diruangan tersebut. Suharno juga sering secara langsung mengecek kegiatan perkuliahan atau sekadar memantau para dosen yang menurutnya telah didelegasikan untuk mengamban tugas tugasnya.
“Letak manajerial adalah pada pendelegasian yang pas dan sesuai kapasitas, “ ujarnya.
Sehingga Suharno akan memberikan tugas sesuai dengan kemampuan dan selalu memantau pendelegasiaan tugasnya tersebut termasuk kepada para pembantu dekan di FT Unila.
“Seluruh pambantu dekan sejak awal saya minta untuk siap bekerja full time, Ontime untuk membangun Faklutas,” ujarnya.
Dirinya juga kerap mengadakan rapat terbatas dengan para dosen untuk sekadar mengatahui perkembangan program program fakultas. Termasuk memantau target pencapaian misi FT menjadi Fakultas dengan predikat Internastional Class.
“Saat ini kami tengah menjalankan pelayanan prima sesuai program universitas dan berusaha meraih standar internasional ISO di Fakultas Teknik,” ujarnya.
Sebagai langkah pendukung, Suharno juga menjelaskan saat ini FT tengah mengadakan berbagai kerjasama dengan instansi baik nasional maupun daerah. Berbagai lembaga seperti Perusahaan Listrik Negara (PLN), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), BMKG serta pusat Vulkanologi telah menjalin kemitraan, sehingga bukan tidak mungkin misi menjadi fakultas dengan standar Internasional akan segera terwujud. (Rudi/dedi)