
Unila) : Universitas Lampung (Unila) boleh saja kalah dalam pengelolaan energi terbarukan berbasis biomassa berupa biodiesel atau biofuel dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Namun, dalam pengelolaan biomassa air limbah agroindustri yang menghasilkan biogas, Unila bisa membusungkan dada. Bahkan sampel penelitian biogas dari kedua universitas besar tersebut selalu dibawa ke Unila.
Hal tersebut bukan hanya argumentasi. “Dari seluruh universitas yang ada di Indonesia, Unila adalah pemilik laboratorium terlengkap untuk penelitian biogas,” ungkap Dr. Ir. Udin Hasanudin, M.S., dosen senior di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian (THP) Fakultas Pertanian Unila, Senin (25/2). Penelitian tentang biogas di Lampung melalui Unila telah dimulai sejak tahun 2005.
Saat itu Unila melalui Udin dan tim risetnya mendapatkan hibah dana penelitian biogas dari Toyohashi University of Technology, Jepang. “Kita bekerja sama dengan universitas tersebut dan mendapat bantuan dana pembuatan laboratorium biogas sebesar Rp3 milyar,” ujar Udin.
Udin melihat potensi agroindustri di Lampung masih sangat besar. Lampung memiliki banyak agroindustri yang cukup besar. “Sebut saja Great Giant Pinneaple (GGP), Umas Jaya, Gunung Madu Plantations (GMP), dan beberapa pabrik milik PTPN VII. Kesemuanya itu adalah penyumbang limbah agroindustri besar mulai dari sawit, nanas, tebu, dan tapioka (singkong),” paparnya.
Menurut Udin, limbah-limbah dari hasil pengolahan industri agroindustri tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik. “Pemikirannya hanya bagaimana menjadikan limbah tersebut baik bagi lingkungan, namun tidak berpikir potensi ekonomi dari pemanfaatan limbah tersebut. Harusnya, penanganan limbah yang tadinya hanya menghabiskan uang bisa diubah menjadi menghasilkan uang, yaitu menjadikannya alternatif energi biogas,” ungkap Udin.
“Bayangkan, dari satu ton tapioka bisa menghasilkan 4-5 meter kubik limbah. Dari jumlah limbah satu ton itu bisa menghasilkan energi biogas setara 88, 42 liter solar atau 126, 74 kilogram batu bara. Itu baru dari tapioka, nah, bisa dibayangkan berapa banyak energi alternatif biogas yang bisa dihasilkan dari pemanfaatan seluruh limbah agroindustri tersebut untuk biogas?” ujarnya memberi perhitungan.
“Keunggulan biogas ini tentu sangat banyak; sebagai energi alternatif terbarukan dapat menekan penggunaan energi fosil, dapat mengurangi efek rumah kaca dari gas metan dan CO2, serta secara ekonomis dapat meningkatkan kesejahteraan buruh pabrik dan petani,” pungkasnya.[] Andry K.