Unila: Kampus hijau Universitas Lampung (Unila) menjadi salah satu institusi yang turut bekerja sama dalam rangka roadshow Akademia Indosiar 2014 oleh pihak PT. Indosiar Visual Mandiri. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dipercaya mereka menggelar Workshop Penyiaran Televisi.

Sekitar 500 peserta berpartisipasi pada kegiatan yang dihelat di Aula Fakultas Pertanian kemarin. Peserta tidak hanya berasal dari Unila, namun juga dari beberapa universitas dan sekolah di Lampung. Antusiasme peserta nampak terasa saat sesi materi mulai dibawakan.

“Menjadi seorang penyiar itu sebenarnya mudah, hanya perlu ketekunan dan latihan yang serius. Tidak perlu cantik atau tampan untuk tampil dilayar kaca, yang dibutuhkan itu adalah sikap dan wawasan yang luas,” ungkap dua pemateri Utrich dan Ryan, yang juga presenter stasiun televisi Indosiar.

Selain materi, para peserta juga mendapat pelatihan singkat dan teknik-teknik dasar menjadi penyiar berita. Peserta diajak mempraktikkan langsung teknik-teknik tersebut, seperti teknik meluruskan punggung dan membulatkan suara. Sesi coaching clinic ini mendapat sambutan meriah kembali dari peserta yang antusias mengikuti setiap teknik yang diajarkan.

Peserta juga mendapat materi terkait produksi siaran televisi dan manajemen redaksi pada media televisi. Tak tanggung-tanggung, materi ini langsung disampaikan oleh Andri Novara Loenggana (GM Production Indosiar) dan Undang Suhendar (Manager Current Afaair).

“Semua lulusan dari berbagai jurusan bisa menjadi bagian televisi, asalkan memiliki kemauan untuk belajar lebih,” ungkap Andri.
Andri menuturkan, untuk membuat sebuah program televisi juga harus melihat tren yang sedang berkembang. Jika televisi tersebut meyakini tidak bisa mengalahkan program televisi lain yang lebih besar rating nya, maka harus dicari program lain yang tidak sama. “Intinya, momentum juga menentukan sebuah program televisi itu laku atau tidak,” terus Andri.

Sementara Undang mengatakan bahwa proses kreatif divisi redaksi televisi sangat berbeda dengan media cetak. “Di televisi, sang jurnalis dituntut untuk memiliki insting dan kecepatan dalam memahami isu, merespon peristiwa, hingga membuat sebuat berita. Jurnalis televisi dituntut memiliki kondisi prima,” papar Undang.

Setelah mendapat materi terkait televisi, dihelat juga perlombaan menjadi penyiar televisi. Sekitar 50 peserta turut berpartisipasi dalam lomba tersebut. Juri yang dihadirkan juga tidak tanggung-tanggung. Selain dari pihak Indosiar, juri lain adalah Dekan FISIP Agus Hadiawan, Asisten II Pemprov Lampung Adeham, hingga Walikota Bandar Lampung Herman HN yang menjadi juri tamu.

Menurut Agus Hadiawan, kegiatan serupa harus terus dilakukan, khususnya oleh Jurusan Ilmu Komunikasi. Karena, menurutnya selama ini mahasiswa hanya menerima materi terkait bidang broadcasting, namun minim praktik. “Nah, dengan kerjasama langsung dengan pihak media, khususnya televisi, ruang imaji mahasiswa terbuka, mereka lebih fokus ingin menjadi apa nantinya jika lulus,” pungkasnya.[] Andry