Opini :
Peran Unila Setelah Terakreditasi A
oleh
Dr. Ir. Erwanto, M.S.
Dosen Fakultas Pertanian Unila
Anggota Dewan Riset Daerah (DRD) Lampung

PADA penghujung tahun 2016 Universitas Lampung mendapat kado terindah yang telah sekian lama diidamkan, yaitu sertifikat “Akreditasi Institusi A”. Sertifikat tersebut menempatkan Unila ke dalam jajaran perguruan tinggi berkualitas tinggi di Indonesia.

Betapa tidak, instrumen borang Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT) disusun dengan cermat dan dilaksanakan oleh para asesor yang kompeten dan kredibel. Tercatat paling tidak ada 7 standar yang dinilai, termasuk aspek visi-misi; tata pamong, kepemimpinan, dan penjaminan mutu; mahasiswa dan lulusan; SDM; kurikulum dan pembelajaran; pembiayaan dan sapras; serta penelitian, pengabdian, serta kerja sama. Dengan demikian hasil penilaian akreditasi mencerminkan kinerja perguruan tinggi secara komprehensif.

Menapak usia 50 tahun, saat ini Unila memang telah masuk ke jajaran perguruan tinggi menengah-atas di Indonesia. Kualitas SDM, prasarana/sarana, kelembagaan, regulasi, dan sumberdaya lainnya di Unila dinilai cukup memadai untuk menghasilkan produk-produk perguruan tinggi berkualitas.

Selain itu, sejalan dengan program pemerintah melalui Kemenristekdikti, Unila telah mulai melakukan upaya percepatan pengembangan. Percepatan pengembangan tersebut diperlukan untuk meningkatkan kapasitas dan peran Unila dalam pengembangan iptek, peningkatan kesejahteraan masyarakat, pembangunan nasional, dan peningkatan daya saing bangsa.

Kepemimpinan baru Unila dinilai cukup berhasil dalam meningkatkan kepercayaan dan keyakinan publik, baik dari kalangan internal maupun eksternal Unila. Peningkatan kepercayaan tersebut dapat disaksikan berimplikasi langsung terhadap peningkatan motivasi dan partisipasi seluruh elemen di Unila dalam meningkatkan produktivitas, mutu, dan budaya akademik.

Selain bersyukur, tentunya momentum baik ini selayaknya dimanfaatkan dengan cermat oleh pemimpin Unila untuk terus mendorong percepatan pembangunan Unila menuju pencapaian visi Top Ten University di Indonesia. Sumberdaya Unila harus digerakkan layaknya dalam orkestra yang membangkitkan atmosfer akademik kondusif.

Saat ini Unila dengan keyakinan penuh mengusung motto atau tagline baru, sebagai bagian dari upaya memacu dan memadukan gerak langkah sivitas akademika. Motto baru tersebut adalah “Berkarya dan Berinovasi untuk Bangsa”. Motto tersebut mencerminkan semangat dan motivasi Unila untuk mempersembahkan karya nyata hasil kegiatan tridarma perguruan tinggi yang berkualitas, termasuk lulusan, publikasi ilmiah, produk iptek temerap, gagasan cemerlang, dan lain-lain.

Berbagai karya nyata tersebut didorong lebih lanjut untuk diinovasikan dalam berbagai sektor pembangunan. Inovasi teknologi akan meningkatkan nilai tambah sumberdaya menuju peningkatan daya saing bangsa pada era global. Motto atau tagline baru ini sejatinya sangat pas untuk merumuskan apa peran Unila setelah Terakreditasi A. Hal ini pun berarti selain penguatan kapasitas internal, Unila harus semakin meningkatkan perannya dalam pembangunan melalui karya nyata yang diinovasikan.

Terkait dengan upaya penguatan internal dan penguatan peran eksternal tersebut perlu segera dirumuskan secara sistematis dan komprehensif mengenai grand design Unila sebagai universitas besar. Dari hasil serial diskusi penulis dengan Anshori Djausal selaku Ketua Tim Percepatan Pembangunan Unila, dapat dirumuskan bahwa Unila sebagai universitas besar harus menjadi lembaga yang mampu menginisiasi dan memfasilitasi interaksi sinergis antarstakeholder pembangunan.

Untuk itu Unila harus mampu melakukan transformasi secara bertahap menuju perguruan tinggi yang kredibel dan bermartabat. Layaknya perguruan tinggi bermartabat, Unila paling tidak harus berkembang menjadi: (a) lembaga yang efektif dan nyaman bagi mahasiswa untuk belajar hidup (learning how to life); (b) lembaga inkubasi bisnis dan inovasi untuk melahirkan entrepreneur yang berdaya saing; serta (c) lembaga yang mampu memberikan pelayanan prima kepada stakeholder pembangunan bangsa.

Jika berhasil memerankan 3 hal tersebut dengan baik akan menempatkan Unila sebagai salah satu pusat pengembangan peradaban seperti layaknya peran perguruan tinggi besar di negara maju.
Kerja keras tentu saja harus dilakukan oleh seluruh elemen di Unila untuk terus meningkatkan kapasitas dan kinerja. Pemimpin Unila harus mampu menggalang partisipasi, sinergi, dan kerja kolektif SDM Unila.

Banyak hal yang harus diperhatikan, termasuk penguatan atmosfer akademik yang kondusif; pengembangan dan penguatan kelembagaan; penguatan perangkat regulasi; penguatan tata kelola dan sistem kendali; penguatan sistem penjaminan mutu; peningkatan daya dukung sarana/prasarana; konsolidasi sumber daya internal; penguatan Badan Pengelola Usaha (BPU) untuk peningkatkan kemandirian finansial, dan lainnya.

Terkait hal ini, perlu dicermati bahwa penguatan kapasitas dan kinerja Unila akan lebih akseleratif jika Unila telah berstatus Badan Hukum Pendidikan Tinggi (BHPT). Dengan demikian BHPT yang lebih otonom pantas menjadi target Unila berikutnya.

Selain bertumpu pada konsolidasi internal, proses transformasi Unila menuju perguruan tinggi besar BHPT harus paralel dengan pengembangan skema kerja sama partnership dengan mitra eksternal. Kreativitas pengembangan kerja sama partnership dirancang untuk meningkatkan kapasitas, produktivitas, interaksi, dan peran Unila dalam meningkatkan daya saing bangsa.

Mitra kerja sama Unila perlu terus diperluas termasuk unsur pemerintah, media massa, industri/swasta, dan organisasi masyarakat di dalam dan di luar negeri. Terkait kerja sama partnership ini peran dan kontribusi LPPM dan BPU Unila sangat dirindukan.

Visi “Top Ten University”, tagline “Berkarya dan Berinovasi untuk Bangsa”, serta “Sertifikat Akreditasi Institusi A” harus menginspirasi dan memotivasi sivitas akademika Unila untuk terus meningkatkan kiprahnya dalam pembangunan peradaban bangsa. Tabik Pun!