UNILA tidak mau melewatkan fenomena alam yang langka terjadi, yaitu Gerhana Matahari Total (GMT) tanggal 9 Maret 2016, maka Universitas Lampung yang diwakili oleh Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) bekerja sama dengan Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) melakukan pengamatan GMT secara bersama-sama di Pelataran Stasiun Transmisi Radio Gelombang Mikro, daerah Panjang Bandar Lampung, dengan garis lintang -5°25’23.23″ dan garis bujur 105°18’46.07″ dengan perkiraan medan ketinggiannya 263 meter di atas permukaan laut.
Pengamatan GMT ini diikuti oleh 130 mahasiswa dengan didampingi 4 dosen, yaitu Leni Rumiyanti, S.Pd, M.Sc selaku ketua pengamatan GMS; Ismu Wahyudi, S.Pd, Mfis selaku wakil ketua pengamatan GMS; Dr. Yanti Yulianti, S.Si, M.Si selaku kajur Fisika FMIPA dan Dr. Abdurrahman, M.Si selaku Wakil Dekan Akademik dan Kerja Sama FKIP. Sementara Prof. Warsito, DEA selaku ketua Peer Group Fisika Instrumentasi FMIPA yang memimpin “persiapan team panitia pengamatan GMS” berhalangan hadir karena ada tugas luar.
Pengamatan ini dimulai pukul 05:00 WIB sampai pukul 08:35 WIB. Teleskop yang digunakan adalah jenis Vixen SX (Sphinx) dengan perbesaran 40 kali. Oleh karena Lampung bukan termasuk daerah “umbra”, melainkan daerah penumbra, maka GMT yang terlihat di Pelataran Stasiun Transmisi Radio Gelombang Mikro hanyalah Gerhana Matahari Sebagian (GMS) saja. Umbra adalah bayangan inti yang berada di bagian tengah sangat gelap, sedangkan penumbra adalah bayangan kabur yang terjadi pada saat gerhana.
Berdasarkan hasil pengamatan di Stasiun Transmisi Radio Gelombang Mikro, awal GMS terjadi pada pukul 06:20 WIB dengan ketinggian matahari sekitar 2 derajat . Sementara, Puncak GMS terjadi pada pukul 07:20 WIB dengan ketinggian matahari sekitar 17 derajat. Dan akhir GMS terjadi pada pukul 08:31 WIB dengan ketinggian matahari sekitar 34 derajat. Sehingga durasi total GMS adalah 2 jam 10 menit. Akan tetapi karena suasana di Stasiun Transmisi Radio Gelombang Mikro sempat tertutup oleh awan, maka puncak GMS tidak dapat diabadikan.
Harapannya, dengan diadakan pengamatan GMS di Stasiun Transmisi Radio Gelombang Mikro, Universitas Lampung dapat memberikan kontribusinya dalam bidang pendidikan dan riset kepada warga Universitas Lampung pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
















