Rahmat Catur Wibowo                                                                                      Akademisi Fakultas Teknik Universitas Lampung

INDONESIA merupakan negara agraris. Data dan informasi lahan pertanian merupakan bagian penting untuk pemantauan di bidang pertanian, seperti pola tanam dan kalender tanam, agar perencanaan pengelolaan pertanian dapat dilakukan tepat dan efektif.

Informasi sumber daya lahan berupa data digital baik tabular maupun spasial merupakan salah satu data yang menjadi pertimbangan utama para pembuat kebijakan dalam menentukan arah pembangunan yang produktif dan berkelanjutan. Karena itu, diperlukan pelayanan informasi sumber daya lahan yang cepat dan akurat.

Teknologi modern pada sektor Sistem Informasi Geografi (SIG) dan penginderaan jarak jauh (inderaja) sering digunakan ketika kita ingin mendapatkan data spasial digital dengan cepat dan akurat, sehingga permasalahan-permasalahan kebutuhan informasi para pemangku kebijakan dapat terjawab.

Multikonsep dalam inderaja mampu memberikan berbagai informasi spasial dan multiinformasi. Aplikasi teknologi inderaja yang multikonsep tersebut dapat dimanfaatkan untuk memprediksi luas area panen dan produktivitasnya, sehingga tingkat ketersediaan beras nasional dapat diprediksi tiap musim panen.

Metodologi penginderaan jarak jauh yang banyak digunakan saat ini menggunakan citra satelit optik, yang sering terkendala oleh tutupan awan. Bukan hanya itu, dalam memanfaatkan data citra satelit juga memerlukan biaya yang besar serta lambatnya pengadaan data sehingga menyebabkan informasi cukup lama diperoleh.

Pesawat tanpa Awak

Pemotretan udara dengan menggunakan pesawat tanpa awak (drone) merupakan salah satu teknologi alternatif untuk mendapatkan data lebih detail, langsung (real-time), cepat, dan lebih murah, sehingga dapat menggantikan citra satelit optik pada beberapa kasus yang membutuhkan kecepatan data dan hasil yang detail.

Keterbatasan teknologi selama masa tanam, khususnya mendeteksi hama wereng dengan cepat dan desain irigasi yang kurang optimal, menjadi kendala utama untuk meningkatkan hasil panen di lahan yang cukup luas.

Sebagai studi kasus pemanfaatan drone untuk pemantauan dan pemetaan Lahan pertamina dilakukan di Pekon Dadapan. Pekon Dadapan merupakan salah satu pekon sentra pertanian dan lumbung padi di Kecamatan Sumberejo, Tanggamus, Lampung. Berdasarkan data BPS (2019), sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah sebagai petani dan/atau buruh tani.

Hasil panen yang bisa dikatakan belum optimal dan ketakutan para petani terhadap serangan hama, membuat menurunnya tingkat kemakmuran petani khususnya di Pekon Dadapan. Hal tersebut dikarenakan petani masih melakukan pendekatan yang sama dari tahun ke tahunnya atau antar masa tanamnya.

Bukan karena petani tidak belajar berdasarkan pengalaman yang ada, namun mereka juga kewalahan ketika harus menelateni lahan pertanian yang cukup luas (lebih dari 1 hektare) dengan cepat. Ketika ingin cepat, harus memperkerjakan buruh tani yang lebih banyak dan mau tidak mau harus mengeluarkan biaya yang lebih banyak pula. Sementara hasil panen tidak meningkat, yang akan menimbulkan permasalahan-permasalahan lainnya.

Sudah saatnya petani membutuhkan sebuah alat yang dapat memetakan dan sekaligus melakukan pemantauan lahan pertanian mereka dengan cepat dan akurat, sehingga dapat mendeteksi secara dini apa saja permasalahan yang terjadi dan tindakan apa yang perlu dilakukan. Tidak hanya itu, semua data digital yang terekam dapat dijadikan pelajaran pada masa tanam berikutnya sehingga dapat meningkatkan hasil panen dari masa tanam sat uke masa tanam lainnya.

Penerapan Teknologi Drone

Kegiatan dimulai dari sosialisasi dengan mitra dan aparatur Desa Pekon Dadapan terkait pengenalan konsep drone farming, pengenalan drone, pengoperasian drone, pemetaan menggunakan drone, pengaplikasian citra drone untuk lahan pertanian, dan peningkatan mutu hasil panen berdasarkan konsep drone farming.

Kegiatan berikutnya melakukan pemetaan lahan oleh tim pengabdian yang dibantu mitra. Mitra menunjukkan lokasi batas lahan pertanian yang lokasi tersebut dijadikan acuan dalam melakukan pembuatan desain survei pemetaan. Peta yang dihasilkan pada tahap ini akan dijadikan bahan sosialisasi dan penentuan desain survei pada pelatihan drone pada kegiatan berikutnya.

Pelatihan pemetaan dan pemantauan lahan dilakukan oleh tim dan diikuti oleh mitra yang berjumlah 25 orang. Mitra melakukan pemetaan dan pemantauan langsung menggunakan drone di bawah pengawasan tim.

Hasil pemetaan sebelumnya kemudian diolah tim sehingga menghasilkan peta area lahan, dan peta tingkat kesehatan tanaman. Peta-peta tersebut awam bagi mitra, sehingga tim melakukan pendampingan dalam menerjemahkannya kedalam bahasa yang sederhana.

Setelah dilakukannya penerjemahan peta, kemudian dilakukan pengecekan langsung hasil yang telah diperoleh, contohnya seperti masalah tingkat kesehatan tanaman.

Petani setempat meyakini dengan menggunakan teknologi drone pada masa tanam selanjutnya, dapat meningkatkan hasil panen dan kesejahteraan petani, karena dapat mengidentifikasi permasalahan padi dan menindaklanjuti permasalahan tersebut secara langsung.*

(Artikel ini Hasil Kerja Sama Universitas Lampung dan Lampung Post)