(Unila): Universitas Lampung (Unila) turut menjadi saksi dalam peristiwa bersejarah pemecahan rekor dunia pembuatan sekubal terbesar Pemerintah Kota Bandar Lampung. Momen ini berlangsung dalam Festival Masakan Tradisional Lampung dan Jajanan Pasar yang digelar pada Minggu, 27 Juli 2025.
Pemecahan rekor disahkan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), dengan sekubal berukuran 25 meter panjang dan 25 sentimeter diameter, yang disajikan secara kolosal di ruang terbuka dan disambut antusias oleh masyarakat.
Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana, menerima langsung penghargaan MURI dan menegaskan pencapaian ini adalah hasil kerja keras seluruh elemen kota serta bentuk penghargaan terhadap budaya lokal.
Di sisi lain, Unila menegaskan komitmennya dalam menjaga dan mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi identitas budaya masyarakat Lampung.
Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja Sama, dan Sistem Informasi Unila, Prof. Dr. Ayi Ahadiat, S.E., M.B.A., menyampaikan pentingnya dukungan akademik dalam menjaga keberlanjutan tradisi ini.
“Kebijakan lokal seperti ini harus dipelihara keberlanjutannya, karena ini ciri khas yang punya value. Bagaimana satu kuliner khas Lampung, seperti sekubal, disajikan dengan bahan baku lokal ketan dan sayur pendampingnya semua dari daerah sini menjadi inovasi yang akhirnya dicatat MURI. Ini bukan sekadar makanan, tapi memiliki nilai tambah bagi masyarakat,” ujar Prof. Ayi.
Ia juga menekankan, penyajian sekubal secara terbuka di ruang publik merupakan pendekatan baru yang dapat menjadi bagian dari penguatan identitas daerah.
“Dari sudut pandang Unila, ini perlu penguatan. Dukungan akademik sangat penting agar kebijakan semacam ini bisa dikembangkan lebih jauh. Saya juga dengar tadi ada tarian kolosal Lampung itu juga sangat potensial. Ketimbang memamerkan kendaraan boros energi, festival semacam ini jauh lebih cerdas dan strategis karena mengangkat local wisdom dan bisa jadi magnet pariwisata,” ujarnya.
Prof. Ayi mengusulkan agar ke depan Unila juga ikut memperkuat aspek seni budaya seperti tari tradisional Lampung, dan menyarankan agar hal ini dikolaborasikan bersama Dinas Pariwisata Kota Bandar Lampung dan Prodi Seni Tari Unila.
Unila akan memperluas kontribusinya dalam bentuk riset, edukasi, dan keterlibatan aktif mahasiswa dalam kegiatan pelestarian budaya. Institusi ini meyakini perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam menjaga warisan budaya lokal melalui pendekatan yang berkelanjutan, berbasis ilmu pengetahuan, dan inovatif. [Riky Fernando]