(Unila) : Pelayanan prima di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung (FEB Unila) bukan tergolong hal baru. Pada 2008, FEB telah menerapkan pelayanan prima dan memperoleh sertifikat ISO.
Pelayanan prima mengarahkan para pelakunya untuk mempersiapkan berbagai kebutuhan sebelum membuka pelayanan. “Misalnya, ada dosen yang mengangkat-angkat LCD untuk perkuliahan, karena tenaga kependidikannya tidak siap. Sudah berapa waktu yang terbuang untuk dosen melakukan hal tersebut sebelum perkuliahan dimulai. Dengan merubah mindset, semua bidang di sudah siap dengan pekerjaan masing-masing. Pukul 07.30 WIB, semua sudah siap, sudah on,” jelas Dekan FEB Unila Prof. Dr. Satria Bangsawan, 12 November lalu, di ruang kerjanya.
Di FEB, kata Satria, dibuat petunjuk untuk melaksanakan fungsinya masing-masing, yang disebut Instruksi Kerja, berupa lembaran kertas kontrol atas kerja-kerja semua bidang. Ada timnya sendiri juga yang melaksanakan pengawasan kerja ini. Pelayanan prima yang sudah tersertifikasi dengan ISO benar-benar bisa berjalan karena ada alat ukurnya. Petugas pengawas nantinya akan mencontreng apa saja kerja-kerja yang sudah dikerjakan maupun yang belum. Sistem yang kita terapkan menggunakan pola; plan, do, check, dan action (PDCA).
Ia mengaku, sebelum menerapkan apa yang menjadi cita-cita, setiap elemen harus terlebih dahulu memahami apa fungsi dari insitusinya. Seperti Unila yang berfungsi sebagai institusi pelayanan pendidikan. Berarti, tugas institusi ini adalah mengolah (mendidik) calon mahasiswa, menjadi mahasiswa, hingga menjadi alumni.
“Nah, untuk mendapatkan alumni yang berkualitas itu ada ukurannya. Misalnya, mendapatkan output (alumni) yang mampu bersaing di dunia kerja, menciptakan alumni yang juga dibutuhkan dunia kerja (matang secara hard skill, soft skill, berkarakter, dan memiliki nilai keagamaan),” jelasnya.
Pelayanan prima, jelas Satria, merupakan kunci utama mendapatkan output atau alumni yang berkualitas, karena perangkat-perangkat yang mendukungnya sudah dipersiapkan, sehingga institusi pendidikan tidak salah mengolahnya. Salah satunya dengan menjaga mutu pelayanan pendidikan yang ada. Misalnya kurikulum yang benar dan metode pengajaran yang benar. “Semua itu sebenarnya tidak terlepas dari sumber daya manusianya, baik tenaga pendidik (dosen) maupun tenaga kependidikan (karyawan). Dengan pelayanan prima ini, semua harapan itu bisa kita dapatkan, pungkasnya.[] Andro










