DALAM orasi ilmiah pengukuhan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Lampung (Unila) Prof. Dr. Karomani, M.Si. sebagai Profesor Ilmu Komunikasi Sosial, Aom-sapaan akrabnya- mengangkat tema Model Komunikasi Antarelite Lokal. Dalam hal ini dirinya mengambil contoh daerah Banten.

Dalam pembukaan orasinya, Prof. Karomani mengutip pernyataan Larry Samovar (1981:4) yang mengatakan bahwa sejarah umat manusia selalu diliputi konflik. Di tengah dunia yang makin menyempit menjadi desa global yang relatif tanpa batas dari sisi ruang dan waktu karena lecutan kemajuan iptek khususnya pada bidang teknologi komunikasi dan informasi, komunikasi antarmanusia dari berbagai budaya adalah sebuah keniscayaan, dan jika ini tidak dikelola dengan baik akam memunculkan konfil antarbudaya.

Hasil kajian ilmiah yang ia rumuskan adalah model komunikasi antarbudaya intraetnik antara ulama, jawara, dan umaro di Banten Selatan tepatnya di Menes melalui pendekatan interpretuf, fenomonologis, serta naturalistik lebih terfokus pada gejala-gejala alami yang tidak mungkin dimanipulasi.

“Tujuan penelitian ini tidak lagi memperoleh pengetahuan nomothetik, tetapi mencari dan mengembangkan pengetahuan idiografik dari perspektif atau pandangan informannya sendiri,” ungkapnya.

Pria kelahiran Pandeglang, 30 Desember 1961 ini melanjutkan, alasan dipilihnya daerah Menes, Banten Selatan dalam penelitiannya karena daerah tersebut adalah pusat perjuangan, pendidikan, dan tempat lahirnya tokoh-tokoh berpengaruh di Banten.

Menurutnya, ulama, jawara, dan umaro dalam tatanan stratifikasi sosial di Banten merupakan elite lokal yang mempunyai pengaruh dan memegang peran penting bagi kehidupan masyarakat Banten. Ulama ketika zaman kejayaan Sultan Banten, telah menjadi elite penting dalam lingkungan kerajaan. Syarif Hidayatullah sebagai peletak kesultanan Banten dikenal sebagai seorang ulama; pilar utama penyebar agama Islam, juga menjadi penguasa secara politis.

Sama halnya dengan ulama, jawara di Banten pada umumnya secara historis memegang peran penting dalam kehidupan masyarakat. Jawara muncul tatkala adanya basis pelatihan (kesatrian) para pasukan pengawal kerajaan Padjadjaran yang berada di nawah kekuasaan Pucuk Umun di Banten Lama.

Selain ulama dan jawara, umaro di Banten termasuk golongan elite yang memegang peran penting dalam kehidupan masyarakat. Umaro adalah sosok birokrat. Ia adalah seseorang yang melakukan pekerjaan dalam sebuah sistem birokrasi pemerintahan. Munculnya elite birokrat atau umaro ini berkaitan dengan aspek latar pendidikan atau kaum terpelajar Banten. Kaum terpelajar ini identik dengan pemegang kekuasaan birokrasi  di tingkat desa hingga provinsi.

“Meskipun elit ulama, jawara, dan umaro satu sama lain keberadaannya saling menunjang, di antara mereka acapkali terjadi hubungan yang kurang harmonis karena perbedaan peran dan kepentingan,” paparnya. Ulama misalnya, yang lebih mendekatkan diri pada konsep kepemimpinan agama, dan jawara lebih memfokuskan pada kepemimpinan adat karuhun.

Prof. Karomani menyimpulkan, budaya dan komunikasi bagaikam dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Perbedaan budaya ini seringkali memunculkan persepsi dan prasangka intra maupun antaretnik dan sangat mewarnai prilaku pengelolaan kesan dalam komunikasi.

“Melihat betapa eratnya keterkaitan sejarah dan budaya antara Lampung dan Banten, model komunikasi antarelite lokal di Banten sebagai saudara tua etnik Lamlung barangkali menjadi penting untuk dijadikan bahan refleksi memotret stratifikasi sosial dan model komunikasi antarelite lokal di Lampung,” tutupnya.

Diketahui, Prof. Karomani dikukuhkan oleh Rektor Unilaa Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. yang diwakili Wakil Rektor Bidang Akademik Prof. Dr. Bujang Rahman, M.Si. pada Rabu (1/3) di GSG Unila.

Pengukuhannya dihadiri oleh sejumlah orang penting diantaranya mantan Wakil Gubernur Lampung M.S. Joko Umar Said; mantan Rektor Unila Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo; Rektor Universitas Malahayati Dr. Muhammad Khadafi, S.H, M.H; Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Raden Intan Lampung Prof. Dr. Khomsahrial Romli, M.Si. dan lainnya. Terlihat juga di pelataran GSG Unila sederet bunga ucapan yang salah satunya dari Ketua PB NU K.H. Said Aqil Siradj . [Naufal A. Caya]