
(Unila): Musik tradisional khas Lampung mengalun. Lima penari hadir di hadapan. Dengan gemulai, mereka menampilkan Tari Sigeh Pengunten di hadapan Menteri Pertanian Republik Indonesia Dr. Suswono, M.Ma.
Menteri hadir hari ini (11/12), di Aula Museum Lampung, dalam rangka mengisi seminar nasional yang digelar mahasiswa Teknik Pertanian Universitas Lampung (Tektan Unila).
Seminar ini merupakan bagian dari Pekan Teknik Pertanian Nasional V. Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Lampung Berlian Tihang duduk di sebelah kanan Suswono, sementara Pembantu Rektor (PR) I Unila Prof. Dr. Hasriadi Mat Akin berada di sebelah kirinya.
Beberapa pejabat terkait turut hadir pada seminar bertema “Peran Teknologi Tepat Guna Untuk Mewujudkan Pertanian Indonesia yang Lebih Baik” ini. Contohnya, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Lampung Ir. Lana Rekyanti.
Tak lama, seorang penari yang membawa kotak kecil berwarna emas maju ke hadapan tamu undangan. Menteri serta beberapa pejabat bangkit, mengambil persembahan berupa bingkisan kecil yang berada di kotak itu. Hal itu merupakan bentuk penghargaan yang tinggi dan penerimaan terhadap tamu yang hadir. Beberapa saat kemudian tarian asli Suku Pepadun Lampung itu usai.
Acara berlanjut dengan berbagai sambutan. Mulai dari sambutan ketua pelaksana, gubernur, hingga sambutan rektor yang diwakili PR I Unila.
Ribut Eko Wahyono selaku Ketua Pelaksana Kegiatan mengungkapkan, seminar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian Indonesia (IMATETANI), yakni Pekan Teknik Pertanian Nasional. Kegiatan ini berlangsung sekali dalam setahun di universitas-universitas berbeda.
Ribut melaporkan, peserta mahasiswa yang hadir sebanyak 36 orang. Mereka berasal dari beberapa universitas, di antaranya Universitas Muhammadiyah Mataram, Universitas Udayana, Universitas Jember, Universitas Brawijaya, Universitas Padjajaran, Universitas Sriwijaya, Universitas Andalas, Universitas Sumatera Utara, dan beberapa universitas lainnya.
Sekretaris Daerah Provinsi Lampung kemudian melangkah ke mimbar, pasca-sambutan ketua pelaksana. Ia membacakan sambutan tertulis Gubernur Lampung.
Dalam sambutan itu, Gubernur Lampung menguraikan berbagai keunggulan yang dimiliki Bumi Ruwa Jurai. Lampung merupakan penghasil tebu terbesar di Indonesia, begitu pula dengan produksi nanas. Bahkan, nanas meraih peringkat terbesar ketiga di dunia.
Gubernur berharap, seminar ini dapat menyatukan visi, misi, dan persepsi untuk kelancaran pembangunan di sektor pertanian Provinsi Lampung. Menurutnya, pembangunan pertanian dapat mencapai sasaran yang optimal dengan mewujudkan kemandirian produksi pangan. Hal ini harus dilakukan secara terencana dan terukur.
Berikutnya, PR I Unila mengisi podium dengan uraian tentang pentingnya bioteknologi karena ketersediaan pangan yang mulai menipis. Pola ilmiah Unila saat ini, kata Hasriadi, adalah pengolahan lahan kering (tidak beririgasi). Selain itu, mengembangkan varietas yang adaptif dengan lahan tak beririgasi.
PR I Unila kemudian dipersilakan memukul gong kecil sebagai tanda peresmian acara, didampingi oleh menteri, sekda, ketua IMATETANI, dan ketua pelaksana kegiatan.

Mata hadirin kemudian tertuju pada Suswono tatkala ia melangkah ke podium. Kali ini gilirannya memberikan wacana tentang keadaan pertanian Indonesia secara keseluruhan.
Pada masa mendatang, katanya, masalah pangan diprediksi menjadi penyebab konflik antarnegara. Namun, sejatinya, Indonesia dapat keluar dari permasalahan tersebut karena berbagai faktor pendukung, di antaranya, letak yang strategis, iklim tropis, dan sumber daya alam yang memadai.
Peraih gelar doktor dari Institut Pertanian Bogor ini menyambut baik adanya seminar yang dilaksanakan Unila. Ia berharap dari seminar ini terdapat solusi yang mampu memecahkan berbagai permasalahan di bidang pertanian Indonesia. Selain itu, usulan-usulan dari peserta seminar akan ditampung sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan di masa mendatang
Suswono menguraikan, informasi tentang penurunan produksi beras di Indonesia, tidak benar. Di tahun 2012 Indonesia mengalami surplus beras, dengan produksi sebesar 70 juta ton. Sedangkan, kebutuhan nasional hanya berapa pada angka 33–34 juta ton saja. Tahun ini Bulog tidak melakukan impor beras. Meski begitu, adalah kenyataan ironis manakala penerima beras miskin (raskin) di Indonesia ternyata adalah para petani.
Produksi jagung Indonesia, lanjut Suswono, sebesar 19 juta ton, sementara kebutuhan nasional hanya 5–7 juta ton. Meski begitu, pabrik pakan ternak masih cenderung impor.
Menteri mengatakan, Indonesia melakukan impor buah-buahan sebesar 10 persen, dan bawang putih sebesar 90 persen. Namun, ia menyayangkan lonjakan harga bawang putih yang dilakukan pedagang pada kisaran Rp90 ribu, padahal harga bawang putih dari Cina hanya Rp5 ribu. Ia juga mengakui, ketersediaan kedelai di Indonesia juga dua per tiganya masih impor.
Salah satu permasalahan pada pertanian Indonesia adalah lahan yang semakin berkurang. Ia menguraikan, pemanfaatan lahan terlantar untuk pertanian tidak mudah dilakukan. Salah satunya perlu koordinasi dengan Departemen Kehutanan. Ia mengaku, Departemen Pertanian hanya bisa mengunakan, tidak dapat membebaskan lahan.
Suswono mengemukakan, petani Thailand memiliki 3 ha lahan per orang, sementara petani Indonesia hanya berkisar 0,3 ha per orang. Dengan lahan yang begitu sempit, kesejahteraan petani Indonesia sulit dicapai.
Permasalahan selanjutnya, kata Suswono, adalah penerapan teknologi tepat guna. Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas dan berbeda karakteristik lahannya. Oleh karena itu, penerapan teknologi tertentu tidak dapat diseragamkan dari Sabang sampai Marauke.
Pada masa mendatang, urai Suswono, Indonesia akan menghadapi tantangan berupa Pasar Tunggal Asean. Negara yang paling siap saat ini adalah Thailand.
Dengan adanya pasar tunggal, lanjutnya, penerapan teknologi harus maju. Salah satunya penerapan bioteknologi. Ditambah lagi dengan perbaikan angkutan, penerapan tarif pajak, suku bunga, dan produktivitas tenaga kerja. Pada tahap ini, kreativitas menjadi prioritas.
Teknologi merupakan suatu keniscayaan. Saat ini Departemen Pertanian tengah mengupayakan hadirnya kawasan rumah pangan lestari. Konsep ini akan menghadirkan sawah di tengah kota. Caranya, dengan melakukan dak pada atap rumah, sehingga dapat membuka sawah di atas rumah.
Suswono juga menguraikan, potensi pekarangan rumah di Indonesia sebagai lahan pertanian sangat besar. Ia mengharapkan setiap pekarangan rumah dapat ditamani berbagai tanaman pertanian, sehingga setiap rumah dapat memanen berbagai kebutuhan pangan seperti sayur-sayuran, setiap waktu.[] Hisna Cahaya










