BANDAR LAMPUNG (Lampost.co): Polemik mutu pendidikan yang tak dapat solusi akan menjadi tema utama International Teacher Education Conference (ITEC) 2013, 30 Juni—4 Juli 2013, di Bandar Lampung. Konferensi yang dihelat FKIP Unila ini menghadirkan empat pakar pendidikan dari Australia, Malaysia, dan Indonesia.
Dekan FKIP Unila Bujang Rahman, penggagas konferensi ini, mengajak para pemikir di bidang pendidikan untuk menyudahi polemik dengan solusi sistematis. Dia menemukan indikator buruknya pendidikan di Indonesia ada pada interaksi di kelas.
“Hampir semua pakar sepaham bahwa ada yang salah di dalam kelas. Ini harus kami pecahkan dengan mencari jawaban konkret, sistematis, dan applicable. Dari konferensi ini, kami harus menghasilkan rekomendasi yang komprehensif,” kata Sekretaris Forum Dekan FKIP Indonesia itu, di sela persiapan acara di Hotel Bukit Randu, Minggu (30-6).
Panitia, kata Bujang, mengundang lima pakar pendidikan dari beberapa negara yang pendidikannya maju. Namun, konfirmasi terakhir, hanya tiga pakar luar negeri yang bisa hadir.
Ketiga pakar yang diharapkan memberikan pandangan komprehensif dan studi komparatif tentang masalah ini. Mereka adalah Bruce Waldrip dari Monash University, Australia; Rebecca Fanany dari Daekin University, Australia; dan Rosnani Hashim dari International Islamic University (IIU), Malaysia.
Menurut Bujang, ketiga guru besar itu memiliki kepakaran dan punya pengalaman sebagai peneliti pendidikan di Indonesia. Pilihan kepada pakar-pakar ini karena banyak pandangannya yang aplikatif dan komprehensif.
Target ITEC yang baru pertama kali diadakan ini, kata Bujang, adalah memberi rekomendasi kepada pemerintah untuk memperbaiki setiap elemen pendidikan dari hulu sampai hilir.
“Sebenarnya, garis besarnya sudah tergambar apa yang ingin kami sampaikan, yakni agar pemerintah memberikan perhatian khusus kepada dunia pendidikan jika ingin meraih kemajuan bangsa yang bermartabat. Penjabarannya, ya kami harus treatment proses pendidikan ini dari input mahasiswa calon guru hingga maintenance guru di tempat tugas,” kata dia.
Budi Kadaryanto, salah satu panitia konferensi, mengaku hanya menyediakan 120 kursi untuk konferensi ini, yakni 100 kursi untuk peserta dari seluruh Indonesia dan 20 kursi undangan.
“Kuota sudah penuh. Pesertanya dari Lampung, Bali, Jawa, dan Sumatera. Seluruh acara digelar di Hotel Bukit Randu, dan hari terakhir kami ada field trip dan city tour ke Way Kambas,” ujar dia, mantap. (SDM/S2/L3)
Sumber : Lampung Post – Senin, 1 Juli 2013
Artikel ini diambil dari berbagai media yang memberitakan Universitas Lampung, tidak memperhitungkan ada kerja sama atau tidak dan perlu dikonfirmasikan ke Unila jika ada hal yang tidak jelas.