(Unila) : Lembaga Penelitian (Lemlit) Universitas Lampung (Unila) dalam menjalankan fungsinya mengembangkan pengetahuan melalui riset kerap bekerja sama dengan berbagai pihak. Salah satunya melaksanakan program penting yang dimulai pada 2012/2013, yaitu inisiasi penerapan kurikulum ketahanan Kota Bandarlampung terhadap perubahan iklim.

Kepala Lembaga Penelitian Unila Admi Syarief mengatakan, pelaksanaan kerja sama dengan berbagai pihak merupakan tindak lanjut hasil penelitian Lemlit Unila yang menyatakan Bandarlampung sebagai kota rawan bencana akibat perubahan iklim pada 2009.

“Program ini kami mulai sejak Februari. Sebagai langkah awal, Lemlit membentuk tim penyusun modul kurikulum yang bekerja selama tiga bulan sebelum kurikulum ini diterapkan pada sekolah uji coba,” ujarnya, Senin (23/9).

Lembaga Penelitian Unila dalam menyusun buku materi ajar melibatkan berbagai pakar dari Fakultas Pertanian. Hal ini ditujukan untuk memahami persoalan iklim dan lingkungan. Selain itu, Lemlit Unila juga mengajak serta pakar dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) khusus untuk mengolah program penyusunan modul yang tepat.

Lembaga Penelitian Unila melalui program ini secara tidak langsung menerapkan pola kerja sama triple helix. Yaitu perguruan tinggi menyediakan pakar, kemudian mengajak Pemerintah Kota Bandarlampung maupun lembaga donor dunia, Rockefeller Foundation, melalui Mercy Corps Indonesia, serta mengajak masyarakat luas melalui institusi sekolah.

Di tahun yang sama, Lemlit Unila juga berhasil memetakan tanaman obat tradisional di Lampung. Dalam riset tanaman obat dan jamu tradisional (ristoja) di Provinsi Lampung, para peneliti Unila juga berhasil mengumpulkan 469 jenis tanaman obat, 477 ramuan untuk 135 jenis penyakit yang digunakan oleh 38 orang pengobat tradisional.

Dalam ekspos hasil penelitian Unila 2012 juga terungkap peningkatan penelitian sebesar 131 persen atau Rp7,46 miliar untuk 203 judul penelitian. Dalam bidang kerja sama juga terjadi peningkatan dari Rp2,05 miliar menjadi Rp4,63 miliar. “Hal ini menunjukkan tingkat kepercayaan yang tinggi dari banyak pihak,” urainya.

Untuk penambahan jumlah paten, Admi menjelaskan hingga 2012 jumlah penelitian yang mendapat paten dua judul, yang didaftarkan ke Dirjen HAKI sebanyak 16 berkas. Sebanyak 12 berkas sudah selesai proses substantif. “Artinya kami tinggal satu tahap lagi menuju pemberian hak paten,” paparnya.[] Mutiara