(Unila) : Lembaga Penelitian Universitas Lampung (Lemlit Unila) memastikan akan mengadakan hitung cepat atau quick count pada perolehan suara pemilu legislatif (pileg) 9 April mendatang guna mengetahui hasil pemilu lebih dini. Karena tidak terikat donatur dari pihak manapun, hitung cepat ini dipastikan berlangsung independen.

“Awalnya kita membuka kemungkinan kerja sama dengan calon legislatif (caleg). Tapi karena nilainya tidak terlalu signifikan, jadi kita putuskan saja hasil hitung cepat ini dapat diakses oleh siapapun secara gratis,” ujar Ketua Lembaga penelitian (Lemlit) Universitas Lampung, dalam sosialisasi persiapan program hitung cepat Unila di Ruang Lemit Unila, kemarin.

Dengan ditutupnya peluang kerja sama tersebut, Admi meyakinkan jika hitung cepat ini akan bebas dari kepentingan. Selain kualitasnya akan jauh lebih terfokuskan, upaya meminimalisasi kesalahan juga dapat dilakukan. “Perbedaan sistem Unila dengan hitung cepat lembaga lain adalah titik fokus kita pada hasil dan juga tidak ada beban moral karena kegiatan ini terselenggara independen,” tandasnya.

Dalam pelaksanaan hitung cepat ini, Admi melanjutkan, Unila akan memakai Real Count Information System (RCIS) dengan sistem perhitungan suara berdasarkan population based. Itulah sebabnya dirinya yakin jika tingkat kesalahan yang dihasilkan akan jauh lebih kecil daripada hitung cepat lainnya yang menggunakan random sampel pada populasi. “Dengan demikian dapat kita upayakan tingkat error kita hanya nol koma sekian,” kata dia.

Dirinya menambahkan, pada tahap awal RCIS baru diterapkan di Bandarlampung. Berdasarkan data yang dikumpulkan, terdapat
1.639 TPS yang tersebar di enam daerah pemilihan (dapil) di 20 kecamatan. Untuk itu, Lemlit telah menyiapkan 290 surveyor dan 1.350 relawan terlatih.

“Merekalah nantinya yang akan meng-input data hasil perhitungan suara berdasarkan template yang telah kita siapkan. Begitu data sudah rapi, langsung dikirim ke server melalui empat modem yang telah kita siapkan,” paparnya.

Agar proses pengumpulan data dapat berlangsung lancar tanpa hambatan, Lemlit menyiapkan empat modem GSM dan menempatkan tiga server pada tiga posko Information Technology Communication (ITC) yang berbeda pada tiga titik yakni di Kecamatan Panjang, Telukbetung, dan Kemiling.

Tiga server itu akan difungsikan sebagai server pembantu yang akan menampung data sebelum masuk ke server induk Unila. Dengan demikian, terjadinya over capacity data yang masuk dapat terhindari.

Terkait efisiensi kerja di lapangan, Admi menambahkan, pembagian wilayah kerja surveyor pun akan diupayakan berdasarkan domisili dengan tempat pemungutan suara (TPS). Jalur pengumpulan data juga akan menyesuaikan antara provider yang digunakan surveyor dengan modem yang dituju. “Dari Telkomsel ke Telkomsel misalnya, setelah diuji cobakan, ternyata proses pengiriman data juga lebih cepat, murah, dan tidak ada hambatan,” papar Admi.

Kemudian proses uji coba dan surei awal TPS juga sudah dilakukan. Sehingga, pada saat hari H pemungutan suara, semuanya sudah tersedia di TPS, dan telah memiliki komunikasi dengan panitia TPS dan relawan yang akan membantu mereka menghimpun data di TPS.

Menutup agenda sosialisasi persiapan hari itu, Admi menekankan jika program ini masih berada pada koridor penelitian. Sehingga pada lingkup ini Unila tak membutuhkan proses sertifikasi dari pihak penyelenggara pemilu atau KPU. Namun ke depan tidak menutup kemungkinan, akan ditingkatkan untuk kegunaan yang lebih luas.

“Jika sistemnya sudah mapan, akan kita sertifikasi. Dan kita cukup percaya diri, Unila mampu melakukan ini karena kita punya SDM, teknologi, dan kepakaran yang lebih baik. Sehingga bukan hal yang mustahil jika hitung cepat Unila akan menjadi tolak ukur atau pembanding hasil pemilu/pilkada di Lampung kelak,” pungkasnya.

Mengenai teknis pelaksanaan di Lapangan, Kepala Unit Pelaksana Teknis Pusat Komputer (UPT Puskom) Unila M. Komarudin, S.T., M.T., menjelaskan, pihaknya akan mengubah prosedur pemasukan data agar para suveyor tak mengalami kelelahan yang berpotensi pada terjadinya kesalahan.

“Mulanya mereka akan difokuskan pada pengisian data perolehan partai. Baru setelah itu secara cepat dilanjutkan pada distribusi suara calegnya. Hal ini setelah diuji cobakan akan jauh lebih efisien dan tidak melelahkan,” ujarnya.[] Inay