(Unila) : Penerapan materi perubahan iklim di Kota Bandarlampung pada empat sekolah uji coba, yakni SDN 1 Karangmaritim, SDN 1 Langkapura, SMPN 7, serta SMPN 27 Bandarlampung, masih terkendala guru dan peralatan pembelajaran.

Koordinator Program Penguatan dan Pemberdayaan Kapasitas Guru dan Siswa dalam Peningkatan Ketahanan Kota terhadap Perubahan Iklim di Kota Bandarlampung Maulana Mukhlis mengungkapkan, kendala tersebut merupakan kesimpulan sementara hasil evaluasi pelaksanaan program yang telah diterapkan selama lebih dari satu setengah semester.

Uji coba bahan ajar dideskripsikan dalam dua ranah, yakni ranah pembelajaran di dalam kelas dan implementasi di luar kelas. Di dalam kelas, semua guru sudah melakukan tugasnya dengan baik meskipun masih terdapat dua kendala utama. Pertama, kemampuan guru yang masih rendah dalam menyusun silabus, menyusun kerangka evaluasi, dan cara mengajar. Kemudian, serta kekurangan alat bantu pembelajaran dalam rangka mendukung pembelajaran bahan ajar.

Akademisi FISIP Unila ini mengatakan, kini terdapat 1.799 siswa di Bandarlampung yang telah menerima materi perubahan iklim. Perinciannya, kelas IV sebanyak 347 siswa, kelas V sebanyak 404 siswa, kelas VII sebanyak 480 siswa, dan kelas VIII sebanyak 568 siswa. “Hasil evaluasi juga menunjukkan, siswa di empat sekolah uji coba makin paham terhadap isu pemanasan global dan perubahan iklim,” ujar dia, Selasa (25/3).

Mengenai pencapaian siswa dirinya merinci, sebanyak 62 persen siswa kelas IV telah mampu dengan baik menjelaskan konsep perubahan iklim dan pemanasan global. Sementara 57 persen siswa dapat menjelaskan penyebab terjadinya perubahan iklim. Pada indikator siswa dapat memberikan contoh dampak perubahan iklim terhadap kesehatan alat indra manusia, sebanyak 63  persen siswa berada dalam kategori mampu.

Bahkan, katanya lagi, untuk materi yang lumayan sulit, seperti bahan kimia yang mempengaruhi perubahan iklim dengan indikator, siswa mengetahui bahan kimia yang menyebabkan perubahan iklim dan siswa mengetahui wacana gas rumah kaca (GRK). Sebanyak 49 sampai 54 persen siswa telah mencapai indikator ini dengan baik.

Berdasarkan evaluasi tersebut, seluruh indikator telah mencapai tingkat pemahaman dan pengetahun siswanya hampir di atas 50 persen seluruhnya atau pada kisaran 45  sampai 54 persen. Meskipun demikian, pada beberapa indikator masih terlihat adanya pemahaman dan kapasitas siswa yang rendah.

“Jadi walaupun saat ini pelaksanaan program masih memiliki kendala utama, pencapaian program masih dapat diperoleh dengan hasil yang cukup baik. Jika dua kendala ini dapat terus kami kurangi, saya optimistis capaian program dapat terus meningkat,” paparnya.[] Inay