Indonesia, khususnya Provinsi Lampung, patut waspada. Sekitar 20–30 tahun lagi Gunung Anak Krakatau diperkirakan mengeluarkan letusan dahsyat, lebih hebat dari 1883. Sejarah mencatat, letusan pada 1883 itu saja sudah memengaruhi kondisi iklim dunia. Bencana ini telah membentuk gugusan pulau vulkanik yang sekarang dikenal Kepulauan Krakatau. Meliputi Rakata atau Krakatau Besar, Panjang atau Krakatau Kecil, Sertung, dan Anak Krakatau.

Untuk itulah, perlu kewaspadaan dan antisipasi menghadapi letusan dahsyat tersebut. Karenanya, Fakultas Teknik Universitas Lampung kemarin menaja seminar untuk mengantisipasi bencana ini.

Sebagai narasumber hadir Prof. Dr. Wolfgang-Martin Boerner, P.E., Prof. Emeritus and Director dari UIC The University of Illinois at Chicago. Sedangkan Unila diwakilkan Dekan Fakultas Teknik Dr. Ir. Lusmelia Afriani, D.E.A.

Dekan Fakultas Teknik Dr. Ir. Lusmelia Afriani, D.E.A. berharap, dengan seminar ini mahasiswa dapat mengetahui teknologi baru untuk mengantisipasi bencana alam. ’’Saya berharap kerja sama ini berlangsung dalam jangka panjang antara Amerika, Jepang, dan Indonesia,’’ ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Wolfgang menjelaskan, letusan Krakatau pada 1883 menyebabkan kabut tebal hingga Eropa. ’’Dan dampak letusan mendatang diperkirakan lebih parah dari ini,’’ ungkapnya.

Dengan pengetahuan teknologi, dampak letusan dapat diminimalisasi. ’’Selain Unila, kita juga bekerja sama dengan Jepang, BMKG, LIPI, LAPAN, dan ITB,’’ terusnya dalam acara yang dimoderatori M. Komarudin tersebut. (cw1/p5/c3/ade)


Sumber : Radar Lampung – Sabtu, 29 Juni 2013

Artikel ini diambil dari berbagai media yang memberitakan tentang Universitas Lampung, tidak memperhitungkan ada kerja sama atau tidak dengan media tersebut.