Proses pengalihan sertifikat tanah Institut Teknologi Sumatera (Itera) dari PTPN 7 ke Pemprov Lampung yang masih jalan di tempat membuat kecemasan tersendiri bagi tim perencanaan. Sebagai jalan keluar, pemprov memfasilitasi pembahasan lahan gedung Itera tersebut melalui rapat yang digelar di ruang rapat Sekprov kemarin.
Perwakilan Tim Penanggung Jawab Pembangunan Itera Wawan Gunawan A. Kadir menolak bila dikatakan sertifikasi tanah jalan di tempat. Menurutnya, kini proses sertifikasi dalam proses penyelesaian di Badan Pertanahan Nasional (BPN) Lampung Selatan.
Bahkan, pihaknya kembali memberi deadline baru dari yang sebelumnya diwacanakan selesai akhir Desember 2013. ’’Kami harapkan akhir Februari 2014 sertifikasi lahan dari PTPN 7 ke Kemendikbud selesai,’’ ujarnya usai rapat tersebut kemarin.
Diterangkan, deadline tak lain guna menyambut penerimaan siswa baru pada Agustus. Untuk pengangkatan gelombang tiga ini, pihaknya menarget seluruh mahasiswa sepenuhnya sudah melakukan kegiatan belajar-mengajar (KBM) di gedung baru. Termasuk mahasiswa Itera yang sementara ini dititipkan di Institut teknologi Bandung (ITB).
’’Semua proses KBM akan mudah bila sertifikasi atas nama Kemendikbud selesai. Mudah-mudahan target penyelesaian sertifikasi di akhir Februari ini bisa terwujud. Kemudian Perpres tentang Pendirian Itera, langsung diproses dan Juni bisa keluar. Sebab berdasarkan ketetapan yang ada Perpres bisa keluar jika sertifikat pengalihan ke Kemendikbud selesai,’’ jelasnya seraya menyatakan, proses pembangunan gedung baru saat ini telah mencapai 90 persen.
Ditambahkan, untuk pembangunan gedung Itera pihaknya ternyata mengusulkan dana sebesar Rp1,3 triliun. Dengan dana yang mengalir setiap tahun diusulkan sekitar Rp200 miliar. Tapi, menurut dia, pada praktiknya, tidak dapat terwujud. ’’Dana yang dipenuhi hanya sekitar Rp50 miliar per tahun dari Kemendikbud yang disimpan pada DIPA ITB,’’ jelasnya.
Wawan menjelaskan, pada proses KBM di gedung baru Itera nanti, pihaknya akan bekerja sama dengan Unila. Dengan pertimbangan fasilitas laboratorium dan lain-lain belum sepenuhnya bisa terpenuhi. Selain itu, dengan 10 dosen yang ada sekarang, tentu tidak mencukupi untuk meng-cover delapan jurusan yang ada di Itera. Sehingga masih sangat membutuhkan bantuan tenaga pengajar dari Unila.
’’Tahun ini untuk Itera kebutuhan kami usulkan penambahan 15 dosen lagi. Sebab mereka masih muda-muda, kami pun butuh bantuan dosen senior dari Unila. Dari ITB sebenarnya ada. Tapi, kalau harus terbang ke Lampung setiap hari, kemahalan. Jadi sebagai upaya efisiensi dosen yang berasal dari ITB hanya bisa datang satu atau dua minggu sekali,’’ tuturnya.
Dilanjutkan, keuntungan lain pascaturunnya Perpres, pemprov tidak perlu lagi menggelontorkan sejumlah dana subsidi untuk mahasiswa berikut pengembangan Itera. Sebab, secara hukum, Kemendikbud yang nantinya bakal mengalokasikan dana. ’’Jadi nanti dari pemprov namanya bukan subsidi. Tapi beasiswa,’’ terangnya.[]
Sumber : Radar Lampung – Jumat, 7 Februari 2014
Artikel ini diambil dari berbagai media yang memberitakan Universitas Lampung, tidak memperhitungkan ada kerja sama atau tidak dan perlu dikonfirmasikan ke Unila jika ada hal yang tidak jelas.