(Unila): Tim Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) Universitas Lampung (Unila) kembali menunjukkan inovasi berdampak dengan mengembangkan Broconic, sebuah bioproduk multifungsi berbahan dasar limbah air kelapa tua dan ekstrak brotowali.

Inovasi ini berhasil lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) delapan bidang tahun 2025 dari Kemdikbud Ristek.

Diketuai Pandu Lintang Nugroho, tim ini beranggotakan Rio Saputra, Defina Chaterina, Angela Merici Pusparani dari Teknologi Hasil Pertanian dan Ratna Puspa Dewi dari Teknologi Industri Pertanian.

Di bawah bimbingan Esa Ghanim Fadhallah, S.Pi., M.Si., mereka mengusung semangat pertanian berkelanjutan berbasis bahan lokal dan teknologi ramah lingkungan.

Berangkat dari keresahan atas tingginya angka gagal panen akibat serangan hama mealybug (kutu putih) di kebun kakao, tim ini menawarkan solusi alternatif yang tidak hanya menanggulangi hama, tetapi juga menyuburkan tanah tanpa meninggalkan residu kimia.

“Sebagian besar petani masih menggunakan pestisida kimia yang justru berisiko merusak kesuburan tanah. Kami ingin menawarkan solusi alami yang tetap efektif dan lebih aman,” ujar Pandu.

Broconic memanfaatkan limbah air kelapa tua, yang selama ini dianggap tak bernilai, padahal kaya akan hormon auksin dan sitokinin yang mendukung pertumbuhan tanaman. Melihat potensi produksi kelapa di Provinsi Lampung tahun 2022 mencapai 78.571 ton dengan luas area tanam sebesar 89.673 hektare (Menurut PPID Provinsi Lampung).

Sementara itu, brotowali yang dikenal pahit dan berkhasiat, diolah menjadi bentuk nanopartikel guna meningkatkan daya serap ke tanaman dan efektivitasnya sebagai pengusir hama.

Menariknya, Broconic menggabungkan dua fungsi utama dalam satu produk pupuk cair organik sekaligus pestisida alami. Produk ini juga lebih ekonomis, mudah diaplikasikan, dan tidak membahayakan petani maupun lingkungan guna mendukung sistem pertanian berkelanjutan.

Sebelum tahap uji laboratorium dan uji lapang, tim telah melakukan survei online kepada 30 petani kakao di Lampung. Hasilnya, lebih dari 80% petani menunjukkan ketertarikan terhadap produk Broconic.

Dalam waktu dekat, tim akan melibatkan petani secara langsung untuk validasi lapangan, sekaligus mengedukasi mereka mengenai praktik pertanian yang lebih sehat.
Broconic tidak hanya diorientasikan sebagai hasil riset, namun juga sebagai produk kewirausahaan yang siap memasuki pasar.

“Kami membayangkan Broconic bisa menjadi produk unggulan lokal untuk mendukung pertanian organik, terutama bagi petani kecil dan petani yang ingin beralih ke pertanian berkelanjutan,” ujar Pandu.

Selama proses pengembangan, tantangan teknis dan waktu sempat muncul. Namun, sinergi tim yang kuat dan bimbingan intensif dari dosen pembimbing membuat tim mampu melewati setiap tahapan dengan baik.

“Kami membagi peran sesuai keahlian dan rutin evaluasi. Kunci keberhasilan kami adalah komunikasi terbuka dan rasa percaya antaranggota serta kerja tim yang solid,” ujar Pandu.

Dosen pembimbing, Esa Ghanim Fadhallah, turut berperan besar dalam membimbing tim sejak penyusunan proposal hingga validasi hasil. Ia memberikan arahan strategis agar tetap fokus pada tujuan dan menjaga kualitas produk yang dibuat.

Keberhasilan Broconic menjadi bukti bahwa ide sederhana dari lingkungan sekitar dapat diubah menjadi inovasi berdampak.

“Melalui PKM, kami tidak hanya belajar membuat produk, tapi juga belajar peka, bertindak, dan berkontribusi nyata untuk lingkungan dan petani lokal,” tuturnya.

Sebagai pesan untuk mahasiswa Unila lainnya, Pandu menegaskan untuk berani menggali ide dari sekitar dan mengubahnya menjadi karya yang berdampak nyata bagi masyarakat maupun lingkungan.

“Jangan tunggu sempurna untuk berdampak. Ide besar sering berawal dari hal kecil yang ada di sekitar kita. Beranilah mencoba dan percaya pada diri sendiri bahwasanya setiap permasalahan adalah peluang untuk berkontribusi,” kata Pandu. [Magang_Vera Sihotang]

Tinggalkan Balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here

34 + = 39