(Unila) : Dengan perkembangan ilmu dan teknologi, banyak generasi muda yang tidak kenal dan tidak mampu menggunakan bahasa ibu (bahasa daerah) sebagai media komunikasi.Beberapa faktor penyebab, di antaranya, karena mereka tidak merasa bangga dengan menggunakan bahasa ibu. Kelestarian bahasa ibu harus diperhatikan dengan seksama dan berkesinambungan, karena ada dugaan beberapa bahasa ibu akan punah tanpa adanya upaya pelestarian.

Menilik hal itu, Masyarakat Linguistik Indonesia mengadakan Konferensi Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia (KIMLI) III 2014. Dengan kegiatan ini diharapkan dapat membuka tabir dan cara upaya pelestarian bahasa ibu sebagai aset bangsa sebagaimana dicantumkan dalam Undang-undang.

KIMLI 2014 diselenggarakan di Hotel Sheraton Bandar Lampung pada 19–22 Februari 2014. Kongres ini bertukuan untuk menggalakkan kegiatan penelitian bahasa dan penulisan ilmiah tentang bahasa, membangun komunitas akademik melalui pertemuan ilmiah internasioanl secara berkala, memilih pengurus pusat MLI periode 2014-2016, dan sekaligus menentukan tuan rumah KIMLI 2016.

Kegiatan ini diikuti lebih dari 200 peserta yang berasal dari seluruh Indonesia maupun luar negeri.

Konferensi Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia 2014 dibuka oleh Dr. Sugiyono sebagai Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa (BPPB) dan Putri Indonesia 2014. Selain itu, dihadiri oleh kalangan akademisi, baik dosen, guru, mahasiswa dan pihak pecinta dan pemerhati bahasa, jurnali,s dan profesi lain yang berkaitan dengan bahasa dan seni.

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang bilingual atau dwibahasa, yaitu masyarakat yang menggunakan dua bahasa dalam berkomunikasi. Dalam proses komunikasi masyarakat Indonesia menguasai bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional selain bahasa daerah masing-masing.

Kedua bahasa tersebut kadang digunakan dalam kehidupan sehari-hari secara bersamaan, baik secara lisan maupun tulis. Situasi semacam ini memungkinkan terjadinya kontak bahasa yang saling memengaruhi. Saling pengaruh itu dapat dilihat pada pemakaian bahasa Indonesia yang disisipi oleh kosakata bahasa daerah atau sebaliknya yang mencakup semua tataran.

Katua Pelaksana KIMLI 2014 Prof. Dr. Cucu Sutarsyah, M.A., dalam sambutannya mengatakan, kongres internasional ini bertemakan “Peran Bahasa Ibu dan Bahasa Nasional dalam Pengembangan Potensi Penutur Bahasa” dan membahas sejumlah subtema, yaitu (1) Bahasa dan Pengembangan Potensi penutur bahasa; (2) Bahasa dan Ilmu Pengetahuan; (3) Bahasa dalam Masyarakat dan Kebudayaan; (4) Bahasa dan Media Massa; (5) Bahasa dan Kekuasaan; (6) Bahasa dan Teknologi Informasi; (7) Dokumentasi dan Deskripsi Bahasa; (8) Linguistik Korpus; (9) Isu-isu mutakhir dalam Linguistik (Linguistik Teori dan Terapan, Sosiolinguistik, Psikolinguistik, Neurolinguistik, Antropolinguistik, Pragmatik, Penerjemahan, Pemerolehan Bahasa, Tipologi Bahasa).

Narasumber pada kegiatan ini adalah Kimmo Kosonen, yang akan mengulas diskusi menarik mengenai bahasa ibu di Asia Tenggara. Selanjutnya, Dr. Suriel Mofu, yang akan membahas aspek penting dari bahasa Biak. Rene van den Berg, akan membawa tentang KIMLI melihat perbandingan pengembangan bahasa nasional dan bahasa daerah di Indonesia dan Papua New Guinea.

Satu persentasi spesial akan dibawakan oleh Prof. Dr. Bambang Kaswanti Purwo dan Katharina E. Sukamto pada hari ketiga. Mereka akan memperkenalkan hasil penelitian mereka mengenai penggunaan bahasa ibu di gunung Kidul.

Prof. Dr. Sunarto DM., S.H., M.H. selaku Pembantu Rektor III mengharapkan dengan KIMLI ini akan dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi Ilmu Pengetahuan.

Kegiatan ini merupakan siraturahmi akademik sebagai asosiasi profesi yang telah memberikan makna terhadap kemajuan ilmu pengetahuan terutama dalam menopang perkembangan ilmu kebahasaan.

“Bangsa Indonesia yang terkenal dengan keragaman budaya dan bahasanya, akan menjadi tempat yang sangat tepat bagi mereka yang sangat tertarik untuk senantiasa menggali, mempelajari, dan mengambil manfaat dari kekayaan bahasa yang tersebar dari Sabang dan Marauke,” ujarnya.

Sunarto melanjutkan, Unila sendiri memiliki program studi Bahasa Lampung. Diharapkan dengan prodi ini dapat mendukung perkembangan cabang ilmu lain terutama ilmu pendidikan.

Unila melalui FKIP dapat menaruh perhatian yang besar upaya peningkatan kualitas calon pendidik yang tidak hanya berkualitas dalam subtansi keilmuannya, tapi juga memiliki kemampuan menggunakan bahasa yang lain. Bahasa diyakini memiliki potensi yang sangat besar dalam membina karakter bangsa dengan bahasa setiap individu dapat melakukan berbagai hal yang mampu mempengaruhi proses pembangunan karakter kearah yang lebih baik dan positif.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang telah menunjukkan semua kemampuannya terutama dalam mengembangkan rasa nasionalisme yang sangat diperlukan dalam memelihara kesatuan persatuan bangsa. Bahasa asing juga memiliki peran yang sangat penting dan sangat strategis dan tulus membantu masyarakat untuk dapat berwawasan global. Ketiga bahasa tersebut berada dalam jenjang yang berbeda.

Peran bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa asing perlu didorong untuk dapat menjadikan peran-peran tersebut secara maksimal dalam rangka pembentukan karakter.

“Ibarat pohon yang tidak hanya berakar kuat menunjang bumi namun juga berbatang menjulang tinggi dengan cabang ke segala arah dengan daun yang rindang,” pungkasnya.[] Daniar