(Unila): Promovendus Sumargono resmi menyandang gelar doktor usai melaksanakan sidang ujian terbuka promosi doktor yang berlangsung di Aula K Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila), pada Jumat, 16 Mei 2025.
Sidang terbuka dibuka Prof. Dr. Sunyono, M.Si., selaku ketua penguji. Hadir pula para anggota penguji di antaranya Hasan Hariri, S.Pd., M.B.A., Ph.D., selaku sekretaris penguji, Dr. Syarifuddin, M.Pd., selaku penguji eksternal, Dr. Riswandi, M.Pd., selaku penguji internal, Prof. Dr. Cucu Sutarsyah, M.A., selaku penguji satu, Prof. Dr. Farida Ariyana, M.Pd., selaku co-promotor satu, dan Prof. Dr. Risma Margaretha, M.Hum., selaku promotor.
Dalam presentasinya, Sumargono mengemukakan model pembelajaran multikultural bermuatan peristiwa sejarah untuk meningkatkan historical empathy.
“Penelitian ini mengembangkan model pembelajaran multikultural dengan peristiwa sejarah yang terdiri dari lima langkah yang kelimanya sudah diuji secara validasi dan juga sudah diterapkan di sekolah dan hasilnya adalah valid, praktis, dan terbukti model ini mampu mengubah siswa memahami sejarah dalam menghargai keberagaman dan sosial budaya,” ujarnya.
Penelitian historical empathy berperan penting dalam pendidikan multikultural karena membantu siswa memahami pengalaman dan perspektif masa lalu dalam konteks sosial, sehingga mengapresiasi sejarah sebagai memori kolektif masyarakat.
Di Provinsi Lampung, model ini terbukti memberikan kontribusi nyata dalam memperkaya strategi pembelajaran sehingga mendorong terbentuknya lulusan yang memiliki empati sejarah tinggi, sejarah yang relevan dengan latar belakang siswa yang beragam secara budaya, sikap toleran, dan apresiasi terhadap keberagaman.
Studi literatur dan hasil studi lapangan yang telah dilakukan menunjukkan integrasi nilai-nilai multikultural dengan pendekatan empati sejarah efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap perspektif sejarah yang beragam, yang terdiri atas lima tahapan pembelajaran yaitu inquiry content contextual history, reconstruction, learning community, verification, dan shared perspective, yang seluruhnya berpijak pada teori pendidikan multikultural (banks) yang diintegrasikan dengan unsur empati historis.
Selain itu, penelitian ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan teori pendidikan multikultural dengan mengintegrasikan unsur-unsur utama seperti integrasi konten, konstruksi pengetahuan, pengurangan prasangka, serta penciptaan budaya sekolah yang inklusif ke dalam praktik pembelajaran sejarah.
Adapun hasil penelitian ini telah didiseminasikan secara terbatas kepada siswa SMA di wilayah Pringsewu, Kota Metro, dan Bandar Lampung. Sementara itu, pengujian produk model pembelajaran sejarah multikultural sejauh ini masih terbatas pada peningkatan empati historis.
Diharapkan, penerapan model ini dapat menjadi langkah awal dalam memperkuat integrasi nilai empati dalam pembelajaran sejarah, sekaligus mendorong terciptanya proses belajar yang lebih inklusif, kontekstual, dan bermakna di lingkungan pendidikan Indonesia dan dapat menjadi solusi inovatif atas tantangan pendidikan di wilayah multikultural, seperti Lampung. [Magang_Aprial Wahyudi/Mifta Rizky A]














