(Unila): Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung (Unila) menjadi co-host dalam kegiatan Mini Conference Internasional bertajuk “Agroforestry: Present Case and the Role of Higher Education Institutions”, yang diselenggarakan pada 11–12 November 2025.

Kegiatan ini merupakan bagian dari Project Harvest (Higher Education Leadership on Agricultural and Food Rights for Environmental Sustainability) yang melibatkan berbagai universitas dari Indonesia dan luar negeri.

Mini conference ini digelar secara daring dan diikuti peneliti, akademisi, serta praktisi dari berbagai negara, seperti Indonesia, Polandia, Spanyol, Vietnam, Kamboja, Timor Leste, Kolombia, dan Kanada.

FISIP Unila berperan sebagai mitra penyelenggara bersama Soegijapranata Catholic University (SCU), Universitas Hasanuddin, Agriculture University in Krakow (Polandia), dan Universidad de Sevilla (Spanyol).

Dr. Robi Cahyadi Kurniawan. S.IP., M.A., dalam sambutannya mewakili Dekan FISIP menyampaikan, keterlibatan FISIP Unila dalam kegiatan ini menjadi wujud nyata kontribusi akademik terhadap isu global yang sangat relevan.

“Keterlibatan FISIP Unila dalam Project Harvest bukan hanya memperkuat jejaring akademik internasional, tetapi juga mempertegas peran ilmu sosial dan kebijakan publik dalam mendukung keberlanjutan lingkungan dan ketahanan pangan,” ujar Dr. Robi

Mini conference ini membahas peran perguruan tinggi dalam mengembangkan agroforestry, yakni praktik pertanian terpadu dengan sistem kehutanan yang berkelanjuta, serta kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat, koperasi, dan keadilan lingkungan.

Dari FISIP Unila, Dodi Faedlulloh, S.Sos., M.Si., dosen Ilmu Administrasi Negara yang juga menjadi koordinator penyelenggara dari Unila, bertindak sebagai fasilitator dalam sesi kedua.

Dodi menuturkan, tema konferensi kali ini sangat relevan dengan konteks pembangunan berkelanjutan di Indonesia. “Melalui Harvest, kita ingin menegaskan pentingnya sinergi antara perguruan tinggi, masyarakat, dan kebijakan publik dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan ketahanan pangan,” jelas Dodi.

“Ini juga menjadi ruang belajar bersama antarnegara untuk melihat praktik baik agroforestry di tingkat lokal maupun global.”

Kegiatan ini diharapkan dapat melahirkan rekomendasi akademik dan jejaring riset kolaboratif lintas negara, terutama dalam konteks pengembangan model transdisipliner antara ilmu sosial, pertanian, dan lingkungan hidup. [Rilis]

Tinggalkan Balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here

+ 71 = 74