(Lampung Post): Menanggapi wacana pembentukan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) di Universitas Lampung sebagai upaya untuk mendukung tetap lestarinya budaya dan bahasa Lokal. Akademisi Universitas Lampung Sujarwo menganggapnya bukan sebuah solusi tepat.

Profesor yang juga menjabat sebagai direktur pasca sarjana unila ini mengungkapkan sampai saat ini bukan Fakultas yang di butuhkan, akan tetapi aplikasi dari budaya itu sendiri yang harus diutamakan. “Saat ini masyarakat Lampung baru sampai tahap peradaban, belum sampai berbudaya” Ungkapnya.

Hal tersebut menurut Sujarwo terlihat dari kebudayaan Lampung yang masih sedikit sekali diterapkan dalam keseharian. Mulai dari percakapan sesama masyarakat asli menggunakan bahasa lampung yang semakin hilang, maupun antar masyarakat yang bukan bersuku Lampung.

Sujarwo juga menilai, Pemerintah daerah juga belum begitu serius dalam melakukan upaya untuk melestarikan kebudayaan lokal. “Saat ini pemerintah menyelamatkan budaya local baru pada tatanan kosmetik,” Jarwo mengungkapkan.

Menurutnya pemerintah memang telah berupaya mengenalkan Lampung melalui symbol symbol Lampung seperti Siger dan lainya, akan tetapi pemerintah menutup mata dan membiarkan rumah adat rusak. Selain itu sebagai stakeholder pemerintah memberdayakan para budayawan local ketika memiliki kepentingan saja, Ungkapnya.

“Setelahnya para budayawan di tinggalkan,” Ungkap Sujarwo mengibaratkan.

Sujarwo juga mengenang, dahulu demi menjaga kelesatrian Bahasa daerah Lampung, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila membuka jurusan bahasa Lampung. Akan tetapi komitmen pemerintah pada waktu itu tidak ada akhirnya jurusan tersebut di tutup.

Hal tersebut dikarenakan banyak lulusan yang tak terserap dalam dunia kerja, karena pemerintah tak mengadakan formasi khusus untuk mereka. Jika saat ini akan didirikan FIB, sebagai seorang akademisi Sujarwo menyanggupinya.

‘Whay not, kita banyak punya doktor dan tenaga dosen,” ungkapnya, menanggapi pertanyaan tentang gambaran tenaga dosen yang dibutuhkan.

Akan tetapi dirinya juga mengharap pemerintah tak hanya sebatas mengusulkan akan tetapi berkomitmen dengan usulan yang dianggap sebagai upaya menyelamatkan budaya local.

“Jangan seperti memutar kain sarung, yang sampai akhir tak akan bertemu dengan ujung atau pangkalnya,” Unggap Sujarwo saat ditemui di ruangannya.

Sujarwo juga mengungkapkan, tak menutup kemungkinan dibukanya Fakultas Ilmu Budaya secara umum yang bukan hanya mengkaji budaya Lampung saja di Unila. Akan tetapi menurut Sujarwo yang terpenting adalah budaya local tetap terjaga dan tak hilang.[]


Sumber : Lampung Post, 01 Maret 2014

Artikel ini diambil dari berbagai media yang memberitakan Universitas Lampung, tidak memperhitungkan ada kerja sama atau tidak dan perlu dikonfirmasikan ke Unila jika ada hal yang tidak jelas.