(Unila): Dinamika politik di kawasan Timur Tengah, khususnya konflik antara Palestina dan Israel sangatlah kompleks dan dinamis. Dinamika tersebut berkaitan erat dengan dimensi sejarah, agama, peradaban, politik internasional, dan aspek kemanusiaan.
Faktanya, hingga saat ini upaya penyelesaian pertikaian Palestina dan Israel selalu menemui jalan buntu. Belum terlihat progres ke arah yang lebih menggembirakan.
Baru-baru ini warga dunia kembali melihat bagaimana mencekamnya keadaan di Palestina. Korban kembali berjatuhan meskipun dalam akhir-akhir ini kondisi mulai mereda dengan adanya gencatan senjata.
Peristiwa yang sangat mengiris hati ini turut dirasakan semua orang, khususnya merasakan kesedihan yang dialami warga Palestina. Perang ini sudah jelas telah melanggar prinsip HAM yang bersifat universal.
Prinsip tersebut terdiri dari lima dimensi yakni hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Kelima tersebut sesungguhnya bersifat melekat pada diri setiap manusia dan tidak bisa dicabut atau dirampas.
Berdasarkan fakta-fakta itulah Universitas Lampung (Unila) melalui Fakultas Ilmu Politik dan Imu Sosial (FISIP) dan UPT PKLI Unila, bekerja sama dengan Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB) menginisiasi kegiatan webinar internasional untuk menunjukkan dukungannya terhadap kemerdekaan Palestina.
Komitmen bersama segenap warga dunia termasuk komunikasi internasional dalam memberikan perhatian dan dukungan penuh terhadap eksistensi dan kemerdekaan Palestina serta upaya perdamaian di Timur Tengah.
Webinar dengan tema Kemerdekaan Palestine: Jalan Menuju Perdamaian Dunia dilaksanakan pada Senin, 24 Mei 2021, secara offline dan online. Webinar ini menghadirkan Duta Besar Palestina untuk Indonesia H.E. Dr. Zuhair Al-Shun dan sejumlah pembicara.
Mereka meliputi Trias Kuncahyono selaku Jurnalis Senior Kompas Prof. Mohd Kamarulnizam dari School of International Studies University Utara Malaysia, dan Zuhairi Misrawi, M.A., selaku Ahli Isu Timur Tengah.
Wakil Rektor Bidang Akademik Unila Prof. Heryandi, S.H.,M.S., yang hadir mewakili rektor Unila mengungkapkan sikap tegasnya terhadap pelanggaran HAM yang dialami warga Palestina.
Ia berharap, webinar yang terselenggara tersebut dapat memberikan kontribusi dan solusi kepada kemerdekaan Palestina yang menjadi jalan menuju perdamaian dunia dalam bentuk pemikiran.
“Saya mengutuk keras setiap tindakan pelanggaran HAM, penyiksaan, perampasan hak milik, pembunuhan yang bersifat masif terhadap warga sipil di Gaza Palestina,” tegasnya saat memberikan sambutan.
Ia menyadari konflik ternyata pada akhirnya akan meninggalkan kepiluan, kehilangan keluarga yang dicintai, dan kerusakan lain yang tak terhitung jumlahnya. Oleh karena itu dibutuhkan itikad baik dari kedua belah pihak.
Komitmen bersama segenap warga dunia termasuk komunikasi internasional dalam memberikan perhatian dan dukungan penuh terhadap prestasi dan kemerdekaan Palestina serta upaya perdamaian di Timur Tengah.
“Semoga perdamaian abadi dan keadilan sosial tercipta di tanah Palestina” ujar Prof. Heryandi seraya menutup sambutan.
Masuk kepada sesi materi inti yang dimoderatori Dr. Ari Darmastuti, Duta Besar Palestina untuk Indonesia menyampaikan, masalah Palestina adalah masalah terpanas di dunia yang masih diderita oleh rakyat Palestina hingga saat ini. Karena kependudukan, pembunuhan, perusakan, penangkapan, dan pemindahan warga secara paksa.
Dr. Zuhair berharap, semua pihak khususnya Indonesia memberikan dukungan dan bantuan dari dengan berbagai cara termasuk melalui politik, diplomatik, hukum, dan ekonomi untuk membentuk front yang sangat kuat dalam menangani kejahatan dari serangan yang berulang-ulang.
“Kami tahu bahwa Indonesia memiliki peran penting di tengah komunitas internasional, organisasi regional, dan internasional, sebagai salah satu kekuatan, sebagai negara yang mendukung Palestina dalam menegakkan keadilan. Oleh karena itu perlunya menyatukan upaya dan kerja sama dalam mengekspose praktik dan serangan musuh”.
Ia turut melaporkan skala kehancuran yang diakibatkan serangan brutal di seluruh wilayah Palestina telah menelan lebih dari 259 korban jiwa. Termasuk di antaranya 69 korban anak-anak dan 40 korban perempuan dan orang tua.
Korban terluka telah mencapai lebih dari 8.000 orang dan lebih dari 2.000 penghancuran bangunan dan tempat tinggal dan penggusuran penduduk.
Rakyat Palestina, di tanah sejarah Palestina, bertekad untuk tetap teguh dan tidak akan meninggalkan tanah ini dan akan bekerja untuk menentukan nasib mereka dalam meraih kemerdekaan palestina dengan Jerusalem sebagai ibu kotanya dan mengembalikan para pengungsi ke rumah mereka di manapun mereka mengungsi karena peristiwa Nakba, yang merupakan implementasi dari resolusi nomor 194.
“Pada akhirnya kami ucapkan tidak ada opsi lain kecuali kami harus menghadapi dan kami harus berjuang terhadap agresi ini. Jerusalem adalah harga mati dan tidak bisa dinegosiasikan, tidak ada yang bisa dinegosiasikan tanpa Jerusalem. Terakhir kami sampaikan kepada bapak ibu sekalian, terima kasih atas acara yang telah diselenggarakan,” ujarnya.
Acara dilanjutkan dengan pemaparan ketiga pembicara lainnya. Dalam sesi ini, masing-masing pembicara memaparkan pandangannya dengan perspektif berbeda-beda. Trias Kuncahyano menyampaikan, salah satu modal kekuatan besar bagi bangsa Palestina untuk memperebutkan kemerdekaannya adalah persatuan dan kesatuan bangsa Palestina.
Indonesia dalam hal ini dapat berbagi pengalaman perjuangannya merebut kemerdekaan. Perjuangan itu dimulai dengan mengesampingkan, membuang segala kepentingan baik pribadi, kelompok dan semua difokuskan untuk kepentingan bangsa.
Sementara Zuhairi Misrawi, M.A., mengungkapkan, beberapa solusi yang dapat mendorong kemerdekaan Palestina antara lain mewujudkan rekonsiliasi Hamas dan Fatah, mendorong perdamaian antara Palestina dan Israel serta mengusulkan ideologi Pancasila sebagai dasar negara untuk mempersatukan rakyat Palestina.
Pada pemaparan terakhir Prof. Mohd Kamarulnizam menyampaikan, konflik Israel dan Palestina turut dibahas dari sudut pandang bagaimana media barat menggunakan kekuatan media framing untuk menutupi fakta dan memperlemah eksistesi Palestine di dunia. [Humas/Angel]