iswadi
Iswadi Pratama, salah satu penulis buku “Akting Berdasarkan Sistem Stanislavski”.

Universitas Lampung : Rabu siang (5/1) suasana graha kemahasiswaan Unila kembali terlihat ramai. Di lantai dua terlihat puluhan orang tengah duduk lesehan beralas karpet. Mereka hadir untuk mengikuti  diskusi dan bedah buku yang diselenggarakan oleh unit kegiatan mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Unila. Diskusi yang rutin diadakan setiap bulan oleh para pecinta buku dan sastrawan Lampung. Bulan ini giliran UKMBS Unila menjadi tuan rumahnya.

Dalam diskusi tersebut tampak hadir Iswadi Pratama dan Ari Pahala Hutabarat tokoh senior sastra dan teater di Lampung  yang juga  pernah aktif di UKMBS Unila semasa kuliah.  Siang itu Iswadi dan Ari menjadi penyaji buku yang menjadi bahan diskusi. Buku yang belum lama mereka rampungkan berdua bertajuk “Akting Berdasarkan Sistem Stanislavski”.

Dalam pemaparannya Iswadi mengaku menuliskan buku tentang akting bertujuan agar setiap pemain teater memilki  sandaran dalam berteater. Karena saat ini banyak pemain teater yang tak tahu apa dasarnya berteater  dan siapa guru mereka.

“Banyak pemain teater yang akhirnya seperi berguru kepada setan,”  ungkap direktur artistik Teater Satu ini mengibaratkan.

Tak sedikit Iswadi menjumpai pemain teater yang hendak bergabung dengan teater satu Lampung asuhanya mengaku sering melakukan berbagai ritual yang bersifat klenik. Mereka berharap supaya dapat berakting dengan baik. Kebanyakan hal itu adalah saran dari sang guru teater. Sesuatu yang menurut Iswadi sangat irasional.

Susilowati seorang peserta diskusi sempat menanyakan kenapa pada akhirnya Iswadi dan Ari menyarankan untuk berakting  ala  Stanislavski, bukan dari tokoh ludruk atau pewayangan Indonesia.

Buku berjudul “Akting Berdasarkan Sistem Stanislavski”, Referensi Dunia Teater Indonesia

Dalam diskusi  sore itu Iswadi mengaku sejak awal menekuni dunia teater dirinya memang banyak mendapatkan pengetahuan dari berbagai sumber baik dalam negeri maupun luar negeri melalui buku bacaan. Tak jarang Iswadi juga mengaku menonton pementasan untuk menambah pengetahuannya dalam berteater. Akan tetapi Iswadi mengaku tidak menguasai seni ludruk. Itulah alasan dirinya tak menulis tentang Ludruk.

Iswadi meyakinkan, bahwa Stanislavski adalah tokoh teater dunia yang telah berpuluhan tahun bergelut dengan teater dan telah banyak menciptakan karya teater melalui berbagai riset yang dikakuaknanya. Karyanya juga telah  menjadi rujukan banyak tokoh  teater dunia.

Ari Pahala Hutabarat, dalam kesempatan diskusi sore itu juga menambahkan akting berdasarkan keilmuan Stanislavski adalah lengkap. Karena Stanislavski mengajarkan setiap pemain teater untuk fokus dalam  berteater. Fokus yang dimaksud dalam bukunya tersebut  adalah ketika, emotion center, main center dan fisikal center seorang pemain hadir secara  keseluruhan  di panggung ketika  berteater, demikian papar direktur artistik Komunitas Berkat Yakin ini dengan mantap.[] Rudi