UNIVERSITAS Lampung (Unila) sudah menerapkan kuliah daring (dalam jaringan) atau online sebagai langkah preventif penyebaran virus corona. Pembelajaran online sebenarnya bukan hal baru. Akan tetapi masa pandemi saat ini menjadikan metode perkuliahan daring sebagai salah satu cara pembelajaran paling efektif.

Meskipun di tengah kondisi yang mendesak, tidak menyurutkan niat para mahasiswa untuk terus mengikuti perkuliahan meski dilakukan secara online.

Reizki Arsyad, mahasiswa semester dua Pendidikan Kedokteran Unila ini mengaku cukup excited mengikuti kuliah online yang diadakan sejak 15 Maret lalu. Setiap hari ia menjalani kuliah daring. Dalam satu hari Reizki diharuskan mengikuti perkuliahan secara online 2—4 mata kuliah, sesuai jadwal kuliah terjadwal.

Biasanya untuk satu kali perkuliahan daring akan memakan waktu sekitar 100 menit. Secara teknis sebagian dosen memberikan tugas dengan memanfaatkan beragam aplikasi online seperti Zoom dan Google Classroom, namun juga tetap mengadakan materi kuliah dialogis secara daring.

“Untuk tugas yang sudah dikerjakan kita unggah ke Google Classroom. Kalau ada jadwal praktikum, kita diberikan kemudahan untuk mengakses video praktikum secara online,” tutur mahasiswa yang berdomisili di Citra Garden ini.

Kuliah secara daring juga membawa beragam kendala baru dalam perkuliahan. Masalah ketidakstabilan koneksi internet baik mahasiswa maupun dosen terkadang membuat penyampaian materi dan tanggapan menjadi terhambat.

Ditiadakannya perkuliahan tatap muka berganti dengan kuliah daring dirasakan sebagian mahasiswa kurang efektif. Krisnady Kesumadiksa, mahasiswa semester 6 Ilmu Hukum Unila ini mengatakan, kuliah daring yang selama ini dijalankannya memang kurang optimal.

Berbagai aplikasi online seperti Zoom, Google Classroom, dan Siakadu Unila yang dimanfaatkan untuk perkuliahan daring membutuhkan koneksi jaringan yang stabil dan memadai. “Rata-rata satu kali kuliah online sekitar 90 menit bahkan lebih. Sinyal yang buruk kadang menjadi kendala sehingga tak bisa masuk dan bergabung di kelas online atau mengunggah tugas via Whatsapp, Google Classroom, maupun Siakadu,” urai warga Perum BKP, Kemiling ini.

Namun begitu, dirinya memaklumi kondisi tersebut sebab kuliah daring adalah pilihan terbaik yang bisa dilakukan pihak kampus dalam kondisi sekarang.

“Saya berharap proses perkuliahan daring bisa lebih efektif dan optimal. Dan ke depannya seluruh dosen bisa lebih banyak mengadakan pembelajaran terarah ketimbang memberi tugas,” terangnya.

Hal senada juga diungkapkan Jaya Hasiholan Limbong. Mahasiswa angkatan 2017 Ilmu Hukum Unila ini berharap dengan perkuliahan daring, para dosen dapat memberikan penilaian yang adil dan tidak terlalu membebani mahasiswa. Seperti halnya memberikan banyak tugas dalam satu mata kuliah.

“Tugas yang terlampau banyak dari pada materi yang disampaikan tentu saja sangat melelahkan. Semoga ke depannya dosen bisa lebih tertib lagi dengan mengadakan kuliah sesuai kontrak perkuliahan,” harap Jaya.

Berkuliah tanpa tatap muka secara langsung pun menjadi pengalaman yang baru bagi sebagian mahasiswa Universitas Lampung.

Namun demikian, sebagian mahasiswa menilai sistem kuliah daring yang dilaksanakan menarik dan fleksibel. Mereka pun memberikan apresiasi kepada para dosen pengajar dalam memberikan pelayanan pendidikan yang tetap mantap kepada mahasiswa. Kuliah daring juga menyadarkan seluruh mahasiswa dan dosen untuk lebih memanfaatkan kecanggihan teknologi yang ada. [Humas/Inay_Angel]