Opini
Guru Besar Universitas Lampung
Prof. Admi Syarif, Ph.D.
(Unila): Hari ini, Mingu 17 Agustus 2025, Universitas Lampung (Unila) merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 dengan penuh semarak.
Ribuan sivitas akademika Unila hadir dan bersama-sama menyanyikan lagi Indonesia Raya sambil mengibarkan bendera Merah Putih dengan penuh khidmat dan kebanggaan.
Pada kesempatan yang sama, diluncurkan pula Dies Natalis Unila ke-60, sebuah momentum bersejarah yang ditandai dengan terbangnya 12 drone yang masing-masing membawa bendera Unila, fakultas-fakultas, serta pascasarjana. Momen ini dipertegas dengan penekanan sirine sebagai tanda resmi dimulainya rangkaian perayaan Dies Natalis ke-60 Unila.
Salah satu agenda yang menarik perhatian adalah pakaian tradisional yang dikenakan warga Unila. Ibu Rektor, para wakil Rektor, dan sejumlah dekan tampil gagah dengan mengenakan busana adat Lampung.
Bahkan, Dekan FKIP hadir dengan pakaian adat Lampung lengkap serta membawa keris Lampung, memberikan nuansa keagungan tersendiri. Sementara sebagian peserta menggunakan pakaian tradisional dan batik khas Unila. Luar biasa, di akhir acara hari ini juga diadakan acara lomba pakaian tradisional yang dikenakan dosen dan tenaga kependidikan. Sungguh sangat senang hati saya melihatnya.
Usulan Penguatan Identitas Lampung
Melihat kemeriahan dan kekhasan acara hari ini, saya mengusulkan agar Statuta Unila ke depan juga mengatur penggunaan pakaian adat Lampung bagi pimpinan universitas (Rektor, Wakil Rektor, Dekan, Ketua Lembaga, dan Direktur Pascasarjana) pada acara-acara resmi tertentu, seperti HUT RI, Dies Natalis Unila.
Kalau perlu Unila menyiapkan atau menganggarkan dana pembelian pakaian adat untuk pimpinan Unila, seperti yang dikenakan Forkopimda dan Kepala Dinas saat perayaan HUT Kota Bandar Lampung.
Hal ini penting sebagai simbol identitas Lampung dan kebnggaan kita sebagai manusia-manusia Lampung. Untuk peserta lain tentu saja dapat tetap diberi kebebasan mengenakan pakaian adat dari provinsi lain. Menurut saya, kita semua yang sudah mendapatkan manfaat dari kebumian Lampung adalah ulun Lampung, tentu saja wajib mendukung dan mengembangkan Lampung.
Masak iya, kita sudah mendapatkan pendidikan, mencari nafkah, bahwa ada yang sudah mendapatkan pasangan di Lampung, tidak bangga dengan ke-Lampungan. Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung! Mak gham siapo lagei, mak tano kapan lagei. Lampung jak gham jejamo!
Usulan Populerisasi Kuliner Lampung
Selain itu, alih-alih menggelar seremonial potong tumpeng pada acara-acara resmi seperti in, akan lebih bermakna jika Unila turut mempopulerkan kuliner khas Lampung. Makan bersama sekubal, wajik Lampung, dan juadah bakkit misalnya, bisa menjadi ikon kebersamaan khas Lampung di kampus kita.
Apalagi beberapa waktu lalu, Wali Kota Bandar Lampung, Eva Dwiana, berhasil mencatatkan sekubal Lampung dalam Rekor MURI bahkan diakui di tingkat internasional. Perlu dicatat, tradisi tumpengan sejatinya bukan bagian dari budaya asli Lampung.
“Terbanglah Unila lebih tinggi, berdampak lebih luas, dan menjadi rumah bagi mereka yang ingin belajar.”
Bersama kita, mendukung Unila terus melangkah maju, memperluas manfaat, dan menjadikan kampus tercinta sebagai ruang inklusif bagi semua pencari ilmu.
Akhirnya, Selamat HUT RI ke-80 dan selamat menyongsong Dies Natalis ke-60 Unila. Semoga momentum bersejarah ini semakin memperkokoh identitas Lampung dan memperkuat semangat kebersamaan seluruh sivitas akademika.
Cakak peghaheu adek Menggalo
Singgah mengan sekubal di tiuh Kerto
Indonesia merdeka hati gham suko
Unila maju, Lampung gham jayo