Dari hobi, seseorang dapat menyalurkan kreativitasnya. Melalui hobi, seseorang dapat berekspresi. Dan dengan hobi seseorang mampu menciptakan peluang bisnis yang menjanjikan. Seperti itulah yang dilakukan empat mahasiswa Unila yang akhir Agustus ini akan mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) di Makasar.
“Benar-benar nggak nyangka bisa lolos Pimnas karena memang dari 3.646 proposal yang lolos hanya 420 yang dapat maju ke Pimnas namun kami tetap optimistis karena memang bisnis kami sangat menjanjikan,” kata Desi, ketua pelaksana saat diwawancara via telepon seluler, Minggu (13/8/2017).
Menurutnya untuk sampai tahap lolos Pimnas, mahasiswa harus melalui empat tahap. Mulai dari penulisan proposal yang diajukan ke Ristekdikti, proposal mereka lolos tahap pendanaan, pelaksanaan kegiatan, hingga setelah dilakukan monitoring dan evaluasi baru dipilih tim yang berhak maju ke Pimnas.
“Untuk melaksanakan kegiatan ini kami mendapatkan dana 9 juta rupiah oleh Ristekdikti. Dari 9 juta rupiah itu kami belikan mesin jahit, peralatan merajut, dan juga bahan-bahannya,” lanjut mahasiswa pendidikan sejarah Unila tersebut.
Dalam pelaksanaan kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) ini, tim pelaksana harus pintar-pintar membagi waktu. Terlebih untuk PKM Kewirausahaan, harus membagi bagian di antaranya produksi rajut, produksi furing, dan pemasaran.
“Saat pelaksanaan kegiatan ini kami memang sedang sibuk-sibuknya kuliah. Sering menjadwalkan untuk ketemu namun ternyata tidak bisa. Alhamdulillah kami juga memiliki beberapa karyawan dari kalangan mahasiswa, sehingga semua bisa berjalan dengan lancar,” ungkapnya.
“Semua berawal dari hobi,” jawab mahasiswa yang saat ini sedang melaksanakan kuliah kerja nyata tersebut saat kami tanyakan alasan memilih bisnis rajutan.
“Sebelum mengirimkan proposal, saya dan teman-teman memang sedang hobi merajut dan saya sendiri sudah memulai bisnis ini satu tahun sebelum proposan PKM kami didanai. Jadi PKM ini bagi kami peluang untuk mengembangkan bisnis,” tambahnya.
Dari pelaksanaan kegiatan ini, tim yang terdiri dari Desi (Pendidikan Sejarah), Risda (Pendidikan Matematika), Fransiska (Matematik), dan Rizki (Ekonomi Pembangunan) mendapatkan omzet sebesar Rp1.3 juta untuk setiap bulannya.
“Bisnis rajutan memang sangat menjanjikan, jadi kami akan terus melanjutkan bisnis ini dengan memberikan inovasi terhadap produk kami,” ujarnya.
“Rencana ke depan, kami juga akan melatih ibu-ibu rumah tangga di desa kami untuk terlibat dalam bisnis ini,” tutur ketua tim PKM-K yang diberi nama KERAMAT (Kreasi Rajut Mahasiswa Trampil) ini.
“Kami bisa sampai di tahap ini karena kerja keras kami, para karyawan, dan juga dosen pembimbing kami Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd., M.Hum.”[rilis Desi M_Inay/Humas]