(Unila): Sebanyak 16 mahasiswa asing dari program Youth Can Do AIESEC Universitas Lampung (Unila) belajar alat musik tradisional Lampung, Gamolan, di lantai V Rektorat, Rabu (14/1). Ke-16 mahasiswa asing ini berasal dari delapan negara meliputi Brazil, Vietnam, Malaysia, Rusia, Cina, Taiwan, Korea, dan Mesir.

Mereka antara lain Nguyen Thuy Linh dari Vietnam, Natascya Pereira Melo dari Brazil, Katherine Kong dari Cina, Laura Telles dari Brazil, Shamita Ratna Kumar dari Malaysia, Mario Cesar Obadovski Da Rosa dari Brazil, Jhe Bin Hsu dari Taiwan, Yalan Zhang dari Cina, Natasha Kolokolenkina dari Rusia, Julia Didbaridze dari Rusia, Phi Tien Dhai dari Vietnam, Vo Duy Tan dari Vietnam, Pil Kwon Jeong dari Korea, Zhao Yue dari Cina, Joanna Wang dari Cina, dan Ramy Hany Ahmed Mohammed el Oraby dari Mesir.

Program Youth Can Do ini merupakan salah satu kegiatan tahunan yang diselenggarakan AIESEC Unila. Tahun ini AIESEC yang merupakan organisasi kepemudaan internasional bergerak di bidang pengembangan kepemimpinan itu mengusung tema perkenalan budaya Lampung.

Ketua Pelaksana AIESEC Unila M. Dimas Tiabaskara mengatakan, program Youth Can Do kali ini mengambil tema khusus yang difokusan pada bidang kebudayaan. Ada 16 mahasiswa asing yang terlibat di dalamnya, mereka berasal dari delapan negara. Biasanya, kata dia, program digelar saat memasuki musim dingin (winter) dan musim panas (summer). Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran tentang budaya Lampung yang belakangan ini kian memudar.

“Kenapa kita pilih orang asing, agar mampu menumbuhkan kepercayaan diri dan ketertarikan masyarakat kita, terutama warga Lampung, untuk turut melestarikan bahasa, adat, maupun kekayaan budaya Lampung lainnya,” ujar Dimas di sela-sela kegiatan.

Ia menjelaskan, program akan dilaksanakan selama enam minggu ke depan dengan tujuh kegiatan utama. Mulai dari training to traninee, kunjungan ke Musium Lampung, kunjungan ke beberapa sekolah SMA, campaign competition, kunjungan ke sanggar tari tradisional, dan acara puncak yakni culture class yang akan dihelat di salah satu pusat perbelanjaan.

Adapun instruktur dalam pembelajaran alat musik gamolan ini adalah salah satu dosen musik FKIP Unila Hasyimkhan. Ia memaparkan, banyak kekayaan budaya Lampung yang belum terekspose ke negara luar, mulai dari adat, seni, bahasa, juga aksara Lampung. Melalui para mahasiswa asing ini, sambungnya, diharapkan mampu menyampaikan budaya Lampung secara luas ke berbagai negara.

“Kalau sudah tahu, mereka bisa jadi agen untuk menyebarluaskan budaya Lampung ini, salah satunya melalui pengenalan alat musik gamolan. Kemudian memotivasi orang-orang dari negara lain untuk mengenal lebih jauh budaya di Indonesia,” paparnya.

Ketika ditanya mengenai pelatihan yang digelar hari itu, Mario Cesar (Brazil) beserta dua rekannya Phi Tien Dhai (Vietnam) dan Joanna Wang (Cina) mengungkapkan kegembiraannya bisa belajar salah satu alat music tradisional Lampung.

“Saat sempat merasakan kesulitan bermain alat musik ini (gamolan, red). Dilihat dari jauh kelihatan mudah, ketika dimainkan ternyata sulit juga. Tapi secara keseluruhan pelatihan ini sangat menarik buat saya. Semua orang harus mempertahankan budaya ini karena sangat bagus,” pungkas Mario.

Hal senada juga diungkapkan Phi Tien Dhai dan Joanna. Mereka sangat kagum dengan keragaman budaya yang ada di Indonesia. Hal tersebut memberikan pengalaman baru bagi mereka. “Alat musiknya cukup sulit dimainkan tapi suaranya terdengar natural karena bahan bakunya terbuat dari bambu. Membuat kita rileks,” kata Phi.[] Inay