Mangrove
Ekowisata Mangrove Pesisir Lampung Timur

(Unila) : Tren ketertarikan masyarakat dunia terhadap kawasan-kawasan alami, sebagai bentang alam, satwa liar, dan flora yang terlindung berpadu dengan unsur-unsur budaya masyarakat lokal menjadikan Ekowisata sebagai suatu bagian logis dari pembangunan yang berkelanjutan. Berkaca dari keberhasilan di beberapa negara, ekowisata terbukti telah menjadi bagian ekonomi global yang mendatangkan pendapatan untuk membayar konservasi sumber daya alam dan membiayai kebutuhan hidup masyarakat penunggunya.

Kondisi itulah yang membuat Dr. Erna Rochana, dosen Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung (FISIP Unila) meneliti dan membukukan potensi “Ekowisata Mangrove Margasari Pesisir Timur Lampung”. “Penyusunan ini sebagai upaya untuk memulai memperluas pemanfaatan hutan mangrove dengan tetap menjaga kelestariannya,” ungkap Erna, kemarin (24/2).

Memperkenalkan potensi ekowisata mangrove melalui buku dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman masyarakat luas tentang seluk-beluk hutan mangrove yang berdampingan dengan laut, ombak, dan pantainya serta aneka produk ikan segar dan kulinernya. “Daerah Margasari, Lampung Timur sebagai daerah kunjungan ekowisata mangrove diharapkan dapat membangkitkan kesadaran baru wisatawan, akan pentingnya konservasi lingkungan, khususnya ekosistem mangrove,” paparnya kemudian.

Karena, hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove dan mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Pohon mangrove memiliki daya adaptasi yang khas untuk hidup dan berkembang pada substrat berlumpur yang bersifat asam dan anoksik. Adaptasi terhadap kadar oksigen yang rendah, mangrove memiliki perakaran yang khas bertipe cakar ayam dan penyangga ekosistem.

Secara ekologis, tanaman mangrove berfungsi antara lain; tegakannya yang rapat dan kokoh dapat melindungi daratan dari hantaman gelombang termasuk tsunami, perakarannya yang unik melindungi pantai dari meluasnya proses abrasi, bahkan dapat menambah daratan dengan menjebak lumpur sehingga terjadi sedimentasi (akresi), lalu gugusan hutan mangrove menahan intrusi air laut meluas kedaratan.

Kemudian habitat mangrove di kawasan pasang surut menjadi tempat berpijahnya berbagai habitat laut, kanopinya yang lebat berfungsi menyerap CO2 dan menjadi habitat berbagai satwa seperti lebah, kupu-kupu, dan berbagai jenis burung. Terakhir, menurut penelitian Erna, reruntuhan serasahnya memperkaya zat hara tanah dan menjadi sumber makanan hewan yang berasosiasi dengannya.

Menurut Ketua Lembaga Penelitian Unila, Dr. Admi Syarif, penelitian dan penerbitan buku ini bentuk salah satu realisasi kerja sama yang terus-menerus dilakukan Unila dengan berbagai pihak. “Dampak ganda yang diharapkan dari meluasnya informasi hasil penelitian melalui penerbitan buku ini, bukan hanya kelestarian hutan mangrove dan kesejahteraan sosial lokal saja, namun juga menambah wawasan dan alternatif tujuan wisata masyarakat luas di Lampung,” tutup Admi.[] Andry K.