(Unila): Rendahnya konsumsi serat masyarakat Indonesia mendorong mahasiswa Universitas Lampung (Unila) berinovasi menciptakan Nori-KUPIBAM (Kulit Pisang dan Bayam), camilan sehat berbasis bahan lokal sebagai alternatif nori impor.
Inovasi ini digagas oleh tim mahasiswa lintas jurusan yang diketuai oleh Imam Yahya (Peternakan) bersama Destryana Sitompul (Peternakan), Fitria Agustina (Pendidikan Geografi), Ani Herawati (Pendidikan Geografi), dan Dwi Jayanti (Pendidikan Fisika).
Berdasarkan data Riskesdas 2023, hanya 5% masyarakat Indonesia yang memenuhi kebutuhan serat harian, dengan rata-rata konsumsi 10–10,5 gram per hari—jauh di bawah rekomendasi WHO sebesar 25–30 gram. Melihat kondisi tersebut, tim mahasiswa Unila memanfaatkan potensi lokal Lampung yang merupakan daerah penghasil pisang terbesar kedua di Indonesia dengan produksi mencapai 15,7 juta kuintal per tahun.
Kulit pisang yang selama ini menjadi limbah ternyata memiliki kandungan serat tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan pencernaan. Dipadukan dengan bayam yang kaya vitamin dan mineral, kedua bahan ini diolah menjadi lembaran tipis menyerupai nori Jepang melalui proses higienis seperti pencucian, pemanasan, dan pengeringan. Produk ini tidak hanya sehat dan bergizi tinggi, tetapi juga ramah lingkungan karena mendukung konsep ekonomi sirkular.
“Kami ingin menghadirkan camilan sehat yang bisa membantu meningkatkan konsumsi serat masyarakat, terutama di kalangan remaja. Selain sehat, produk ini juga ramah lingkungan karena memanfaatkan bahan yang sering dianggap limbah pangan,” ujar Imam Yahya, selaku ketua tim pengembang.
Nori-KUPIBAM ditujukan bagi remaja dan dewasa muda berusia 13–28 tahun, khususnya di wilayah perkotaan seperti Bandar Lampung yang cenderung memilih makanan praktis. Inovasi ini juga diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap nori impor yang pada 2023 mencapai lebih dari 104 ribu ton, serta memperkuat ketahanan pangan berbasis bahan lokal.
Ke depan, tim mahasiswa Unila berencana mengembangkan produksi dan promosi Nori-KUPIBAM agar dapat menjangkau lebih banyak konsumen sekaligus membuka peluang usaha baru berbasis pangan lokal berkelanjutan [Rilis]