(Unila) : Dalam menjalankan fungsinya untuk mengembangkan pengetahuan melalui riset atau penelitian, Lembaga Penelitian Universitas Lampung (Lemlit Unila) kerap bekerja sama dengan berbagai pihak guna mengoptimalkan kepakaran yang dimiliki Unila.
Salah satu program penting yang mulai dilaksanakan Unila melalui Lemlit pada 2012 ialah menginisiasi penerapan kurikulum ketahanan Kota Bandar Lampung terhadap perubahan iklim. Hal ini merupakan tindak lanjut hasil riset Lemlit Unila yang menyatakan Bandar Lampung kota rawan bencana akibat perubahan iklim pada 2009 silam.
“Program ini kami mulai sejak Februari. Sebagai langkah awal, Lemlit membentuk tim penyusun modul kurikulum yang bekerja selama tiga bulan sebelum kurikulum ini diterapkan pada sekolah uji coba,” ujar Kepala Lembaga Penelitian Unila Dr. Eng. Admi Syarief, Senin (7/1).
Dalam penyusunan buku materi ajar, Lemlit Unila melibatkan berbagai pakar dari Fakultas Pertanian (FP) untuk memahami persoalan iklim dan lingkungan, serta pakar dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) khusus untuk penyusunan modul yang tepat.
Melalui program ini, Lemlit Unila secara tidak langsung menerapkan pola kerja sama triple helix, yakni perguruan tinggi menyediakan pakar, kemudian mengajak Pemerintah Kota Bandar Lampung maupun lembaga donor dunia Rockefeller Foundation melalui Mercy Corps Indonesia, serta mengajak masyarakat luas melalui institusi sekolah.
Kerja sama lainnya, pemetaan obat-obatan dan jamu tradisional. Kali ini kerja sama dijalin dengan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Unila menurunkan setidaknya 35 peneliti di tujuh titik sampel tanaman obat tradisional di Provinsi Lampung.
Berdasarkan data Balitbang Kemenkes, Lampung terbagi dalam empat etnik, yakni Mesuji, Sungkai, Pesisir, dan Pepadun. Pembagiannya, untuk Mesuji ditempatkan 1 titik, Pepadun 3 titik, Pesisir 2 titik, dan Sungkai 1 titik. “Nah, jamu dan obat tradisional dari empat etnik inilah yang akan kami teliti,” katanya.
Admi mengutarakan, setidaknya akan ada empat pakar yang diturunkan di setiap titik, yakni ahli biologi, pertanian, antropologi, dan bidang sosiologi. Pihaknya tidak hanya mendata, tetapi juga membawa tanaman obat, ramuan, dan cara pembuatan obat tradisional tersebut. “Sampel itu akan dikumpulkan untuk diteliti lebih lanjut,” papar Admi.[] Mutiara
terimakasih atas informasinya
Terima kasih atas informasinya, ini sangat bermanfaat bagi kami.
Program yang sangat bagus, sukses untuk unila 🙂
bagus itu programnya lanjutkan
terimaksih atas info yang di berikannya, sangat bermanfaat sekali
Comments are closed.