UNIVERSITAS Lampung (Unila) tengah mempersiapkan pengelolaan sampah secara mandiri di lingkungan kampus. Hal itu disampaikan Rektor Unila Prof. Hasriadi Mat Akin pada rapat Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan (PTMP) di ruang sidang senat Rektorat, Senin (13/08/2018).

Prof. Hasriadi didampingi tim percepatan Unila menerima kehadiran perwakilan Satuan Kerja Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Dardjat Widjunarso, S.T., M.T., dan Kasi Pengelolaan Sampah Wilayah I Terra Prima Sari.

Badan Perencanaan Indonesia dan Green Matrics Unila Ika Kustiani saat memaparkan presentasinya kepada pihak PUPR mengungkapkan, latar belakang dibentuknya pengelolaan sampah ini ditujukan untuk mengurangi dampak lingkungan akibat sampah yang tidak tertangani dengan baik.

Ia mengemukakan, telah ditemukan beberapa titik tumpukan sampah di kampus. “Setidaknya terdapat 25 titik timbunan sampah, namun untuk penyelesaian sampah masih kurang,” ujarnya.

Ika menyebutkan, model pengelolaan sampah yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan sistem lain yang sudah banyak dijalankan, yaitu metodologi zero waste-destroy convertion method.

Cara ini memungkinkan pemilahan sampah menurut jenis dan mengelolanya di tempat pengelolaan sampah yang tengah dipersiapkan sehingga sampah siap dimusnahkan. Sedangkan bagian-bagian yang tidak dapat dimusnahkan akan dikonversi ke dalam bentuk gas atau pupuk kompos yang dapat dimanfaatkan kembali.

“Sistem pengelolaan sampah dilakukan secara terpadu dengan melibatkan peran aktif seluruh stakeholder dan dikelola secara terintegrasi, serta residu sangat kecil,” ujarnya.

Menanggapi hal itu Dardjat Widjunarso menambahkan, pihak PUPR akan bersinergi dengan Unila mempersiapkan teknologi tersebut. Namun ia juga berharap, mekanisme dan struktur organisasi pengelolaan sampah dengan teknologi ini harus disiapkan.

“Paling tidak 2019 sistem pengelolaan ini siap digunakan, namun harus jelas operator dan perhitungan input dan output hingga regulasi dalam manajemen sampah tadi. Jangan sampai teknologi yang dipersiapkan dinilai sia-sia oleh masyarakat,” tegasnya.

Selanjutnya, pembagian zona pelayanan sampah dibagi tiga, zona umum, perkantoran, dan kampus. Ke depan, ditargetkan teknologi ini menjadi pilot project manajemen pengelolaan sampah dan wahana studi bagi mahasiswa, khususnya di dalam kampus, dan kota Bandarlampung.[Riky/Inay_Humas]