Unila: Penerapan dan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi budidaya perikanan, khususnya pembenihan dan pakan buatan untuk udang, masih dimiliki oleh kalangan terbatas. Yakni, perusahaan swasta, perguruan tinggi, atau lembaga penelitian milik pemerintah.
Namun, pada kenyataannya, masyarakat pesisir adalah pemakai utama dari produk (benih dan pakan) dalam proses budidaya udang. Hal ini sudah dikategorikan dalam salah satu kegiatan ekonomi biru (blue economy), oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (DKP) sejak tahun 2011.
Seperti diungkapkan Kepala Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Lampung (LPM Unila), Supomo Kandar, Kamis (17/7) diruangannya. Menurut Supomo, hal tersebut berdasarkan penelitian beberapa dosen di Unila terkait pengabdian pada program HiLink. “program pengabdian itu berupa penerapan teknologi adaptif pada kegiatan pembenihan dan produksi pakan untuk kelompok budidaya udang,” ungkapnya lagi.
Dosen-dosen yang melakukan penelitiannya di Koperasi Serba Usaha (KSU) Mina Sakti Mandiri, Kabupaten Lampung timur ini adalah Sri Waluyo, Yudha T. Adiputra, Rara Diantari, dan Wan Abbas Zakaria. Sementara dua orang lain Mesnawati dari DKP Lampung Timur, dan M. Ansori Maskur, Direktur KSU Mina Sakti Mandiri.
Kegiatan PKM melalui program Hi-Link ini, menurut Supomo, bertujuan untuk membuka kesempatan kepada kelompok masyarakat yang telah tergabung dalam koperasi. “Tujuan intinya untuk mengembangkan usaha pembenihan udang serta pabrik pakan buatan mini sebagai usaha ekonomi produktif berbasis dari dan untuk masyarakat,” paparnya.
Apalagi, lanjut Supomo, Kecamatan Pasir Sakti sudah dikenal sebagai sentraproduksi budidaya udang, terutama udang windu dan udang putih skala ekstensif (tradisional). Namun, upaya kearah intensifikasi terkendala oleh kesulitan memeroleh benih dan pakan yang bermutu dengan harga terjangkau.
“Masyarakat pesisir disana sudah sejak lama meninginkan adanya panti benih dan pabrik pakan udang yang dapat dikelola oleh koperasi mandiri. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan produksi udang secara kontinyu. Selama ini, para petani ikan dan udang kesulitan untuk memeroleh benih dan pakan udang,” papar Supomo lagi.
Petani yang memiliki modal besar akan mudah mendapatkan benih dan pakan bagus dip anti-panti benih besar di Lampung Selatan atau Pulau Jawa. Tetai, untuk yang memiliki modal terbatas, maka benih afkir dan pakan berkualitas rendah akan menjadi pilihan jika ingin terus berproduksi.
Program pendirian panti benih dan pabrik pakan udang yang didampingi LPM Unila ini juga diharapkan mampu mengatasi kesulitan masyarakat akan sarana prosuksi tambak, untuk menjamin kontinuitas produksi ikan dan udang di Kabupaten Lampung Timur. Kegiatan pengabdian masyarakat ini menurut Supomo Kandar mendapat dana total sebesar Rp. 1.450.000.000,-. Jumlah itu terbagi dari beberapa sumber dana. [] Andry











