(Unila): BEM U KBM Universitas Lampung (Unila) mengadakan Seminar Pancasila dengan menghadirkan Ketua MPR RI Zulkifli Hasan sebagai permateri pada Jumat (16/6/2017) siang.

Seminar dihelat di GSG Universitas Lampung dengan jumlah peserta sekitar 3.000-an orang yang menyebar dari segala penjuru. Selain Ketua MPR RI, turut hadir Bupati Lampung Selatan Zainudin Hasan.

Acara diawali dengan pembukaan, tilawah qur’an, menyanyikan lagu Indonesia Raya, penyambutan tamu dengan penampilan tari sigekh pengunten dari Imastar Unila (Ikatan Mahasiswa Seni Tari Unila), dilanjutkan sambutan ketua pelaksana, presiden mahasiswa, Gubernur Lampung M. Ridho Ficardo, dan Rektor Universitas Lampung Prof. Hasriadi Mat Akin yang sekaligus membuka acara secara simbolik ditandai dengan penabuhan gong.

Usai acara pembukaan yang diakhiri doa, kegiatan juga dimeriahkan persembahan spesial dari pengurus BEM Unila berupa musikalisasi puisi tentang Pancasila. Barulah setelah penampilan spesial dari pengurus BEM Unila, masuk ke sesi diskusi yang dimoderatori oleh Tiyasz Ariansyah, Sekretaris Menteri Sosial dan Politik BEM Unila 2017.
Dalam sesi diskusi, ada seorang mahasiswa yang bertanya apakah jika seseorang taat beragama berarti tidak Pancasilais?

Lontaran pertanyaan itu pun dijawab oleh Zulkifli Hasan. Dijabarkannya, amanat Pancasila dalam sila pertama sangat jelas dan tegas yakni bangsa Indonesia bangsa ber-Tuhan. Ketaatan menjalankan agama justru bagian dari perilaku Pancasilais. Perilaku yang tidak Pancasilais adalah menggunakan tafsir Pancasila untuk kelompoknya sendiri.

Kalau pilih si A di Pilkada berarti Pancasilais, kalau tidak pilih berarti antiPancasila. Ini jelas salah. “Jadi kalau kita taat menjalankan agama jangan takut dicap radikal, fundamentalis apalagi teroris. Ini justru perilaku tidak Pancasilais. Terorisme jelas tak punya agama,” tegasnya.

Hasriadi dalam sambutannya mengatakan, jati diri bangsa itu dtunjukkan oleh sejauh mana seseorang menghayati filsafah negara Indonesia yakni Pancasila. Unila dalam hal ini sudah merespons hal tersebut dengan menghasilkan lulusan-lulusan yang Pancasilais. Bagaimana pun juga mahasiswa yang saat ini sedang belajar kuliah adalah mahasiswa yang masuk ke dalam modus demografi.

Pada tahun 2020 sampai 2030, lanjutnya, Indonesia akan masuk pada modus demografi yang artinya, penduduk usia produktif itu mencapai lebih dari 100 juta orang. Oleh sebab itu, tenaga kerja atau SDM yang sedemikian besar menjadi modal besar untuk membangun bangsa.

“Seandainya generasi muda tidak bisa menghayati Pancasila dengan baik maka barangkali bencana demografi yang akan kita hadapi. Dan semoga acara ini bisa membawa kebaikan dan wawasan mahasiswa terhadap nilai-nilai dasar Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia.”[Rilis Kominfo BEM Unila/Inay_Humas]